Apa kau tahu rasanya tertimpa kesusahan hidup yang bertubi-tubi? Aku mengalaminya. Emak meninggal saat aku berusia enam tahun. Abahku menikah lagi. Aku hanya bisa menyelesaikan pendidikan sekolah dasar.
Hidupku terasa kacau, rumit, dan berantakan. Aku tak punya pilihan se-lain merantau ke Surabaya, sambil membawa asa bahwa hidupku akan berubah. Namun, perjalanan hidup tak semudah itu. Di Surabaya, aku terdampar di kchidupan pasar—menjadi kuli panggul, bekerja serabutan, tidur di emperan, berteman nyamuk, tikus, dan kebisingan malam khas kota besar. Aku melakukan apa pun agar bisa bertahan hidup di usia re-maja.
Kehidupanku begitu keras, tetapi apakah aku menyerah? Tidak. Aku memang miskin. Pendidikanku memang rendah. Namun, tekad dan im-pianku besar. Aku bekerja keras. Aku tahu ke mana impianku menuju. Aku mengerti apa yang ingin kucapai di masa depan. Semua halangan kuterjang. Semua rintangan kusingkirkan.
Ji ka aku, Sunarto—bocah miskin pedagang roti goreng dan hanya lulusan SD—bisa mewujudkan impian menjadi pengusaha perikanan, memiliki lebih dari 40 kapal, pabrik penyimpanan (cold storage) dan pengolahan ikan, gudang, kantor, serta puluhan aset properti, siapa pun juga pasti bisa menjemput dan membentuk mimpi-mimpinya menjadi nyata.
Inilah kisahku, anak desa yang berjuang keluar dari kubangan lumpur kemiskinan dan kenestapaan. Inilah aku, pejuang kehidupan yang bersi-keras menerobos kemustahilan. Simak kisahku, dan kau akan merasakan energi besar, bahwa siapa pun kita dan bagaimanapun keadaan kita hari ini, kehidupan kita bisa berubah menjadi jauh lebih indah dan menak-jubkan, asalkan kita menghidupkan gairah dan mengambil langkah nyata untuk mewujudkan impian.