"SAYA INI SEPERTI BATU HITAM DI TENGAH SUNGAI. DIAM DAN KAKU. SEWAKTU AIR TENANG, BATU DIAM TENANG BERSAMA GABUS-GABUS. SEWAKTU BANJIR, GABUS-GABUS BERSERAKAN. SETELAH ITU BANJIR SURUT. TAPI LIHATLAH, BATU TETARDIAM DI SITU. SAYA BERANI MATI."
Buku ini merangkumleragaman aspek Djoko Pekik sebagai figur penting dalam dunia seni rupa Indonesia. Tidak saja kita_akan mengenal kisah hidupnya dan perjalanannya sebagai seniman, tetapi juga pengalamannya menghadmi pelbagai perubahan sosial politik dan pertarungan ideologiS dalam medan seni Indonesia. Melalui analisis para ahli sejarah seni yang termuat dalam buku ini, kita belajar bahwa proses berkarya seorang seniman tidak hadir dalam ruang putih yang netral, melainkan menjadi respons dan berkelindan dengan peristiwa-peristiwa dalam pusaran sejarah.
Djoko Pekik telah melalui masa awal penguatan gagasan nation-state, kemudian memasuki pergulatan ideologi dan pemikiran kelas dan politik sepanjang 1950-an hingga 1960-an, kehidupan di bui pada 1970-an, masa Orde Baru, dan pasca-reformasi. Tulisan-tulisan dalam buku ini membantu kita menavigasikan jejak langkah seorang seniman dalam pencarian diri dan visi estetikanya, dalam keriuhan kehidupan komunal dan organisasional, serta refleksinya terhadap realitas-realitas sosial yang luas—bagaimana memahami paradoks kehidupan seniman dan pilihan-pilihan eksentriknya, bagaimana meletakkan karya-karyanya dalam situasi kehidupan Indonesia masa kini