“Duduk sama rendah, berdiri lain-lain tingginya.” ‘PBB’, Taufiq Ismail Buku ini adalah peninggalan Sapardi yang paling tidak dikenal: Tirani Demokasi. Selebaran yang memberi peringatan. Seno Gumira Ajidarma, penulis Di tangan Sapardi Djoko Damono kompleksitas demokrasi bisa disampaikan dengan ringan dan sederhana. Buku ini menunjukkan dia bukan hanya begawan sastra tapi juga seorang pemikir yang sangat peduli dengan masa depan bangsanya. Iwan Esjepe, Founder & CCO Ideasphere Transformation Bureau.
Profil Penulis:
Sapardi Djoko Damono (20 Maret 1940 – 19 Juli 2020) adalah seorang pujangga berkebangsaan Indonesia terkemuka. Ia kerap dipanggil dengan singkatan namanya, SDD. Ia adalah putra pertama pasangan Sadyoko dan Saparian.
Sapardi lahir di Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 20 Maret 1940. Ia memulai pendidikannya di SD Negeri Panggung Kidul, Solo, dan kemudian melanjutkan ke SMA Negeri 1 Surakarta. Setelah lulus SMA, ia melanjutkan pendidikannya di Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, dan lulus pada tahun 1964.
Setelah lulus kuliah, Sapardi sempat menjadi pengajar pada Fakultas Keguruan Sastra dan Seni IKIP Malang di Madiun sampai 1968. Pada tahun 1973, setelah sempat bekerja di Semarang, ia pindah ke Jakarta untuk menjadi direktur pelaksana Yayasan Indonesia yang menerbitkan majalah sastra Horison.
Sapardi memulai karirnya sebagai penyair sejak masih duduk di bangku sekolah. Puisi-puisinya mulai dimuat di majalah-majalah sastra sejak tahun 1959. Puisi-puisinya yang pertama kali diterbitkan adalah kumpulan puisi bertajuk Dua Kota (1963). Kemudian, ia menerbitkan kumpulan puisi lainnya, antara lain Hujan Bulan Juni (1969), Perahu Kertas (1983), Sihir Hujan (1994), Mata Pisau (2002), dan Hujan Bulan Agustus (2012).
Puisi-puisi Sapardi dikenal dengan gaya bahasanya yang sederhana, namun sarat makna. Ia sering menggunakan kata-kata sehari-hari dalam puisinya, namun mampu menghadirkan makna yang mendalam. Puisi-puisi Sapardi juga sering bertema tentang cinta, kehidupan, dan kemanusiaan.
Sapardi juga dikenal sebagai seorang pengamat sastra, kritikus sastra, dan dosen. Ia pernah mengajar di Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Diponegoro. Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Kesenian Jakarta (1982-1985) dan Ketua Yayasan Lontar (1987-2020).