Aku mengira “Penjual Kenangan” adalah sebuah novel. Ternyata di dalamnya berisi 11 kumpulan cerpen yang menyentuh. Membuat hati berdarah-darah *nggak sampai dink, cuma, hmmm … bikin flash back atau mereka-reka apa yang akan terjadi dengan kehidupan, masa depan, dan harapanku nanti.
• Baiklah cerpen pertama dibuka dengan judul “Carano”. Cerpen ini pernah dimuat di Femina tahun 2007, di sini Carano menempati paling banyak halaman. Cerpen yang memuat unsur lokalitas daerah Minang, di mana Carano sebagai pelengkap, symbol/syarat berlangsungnya sebuah pernikahan. Di cerita awal kita akan menebak-nebak mau dibawa kemana cerita, namun sub bab judul selanjutnya dengan keterangan ‘ruang” masing-masing menggambarkan penjelasannya. Ini tentang kisah cinta yang terjalin lama, ketika wanita mengembara study demi membanggakan orang tua dan kakak lelaki yang telah membiayai hidupnya. Tetapi cinta itu harus kandas, dan kelak kemudian hari mereka di pertemukan. Perasaan seorang ibu juga tergambar dengan apik di mana wejangan yang diberikan amat sangat mengena di hati saya sebagai pembaca.
“Nahkoda selalu yakin esok akan ada matahari, karena mereka tak pernah hilang harapan dilautan yang tak bertepi sekalipun. Ada doa yang menyertai mereka, dari jauh, dari rumah yang mereka tinggalkan. Bersabarlah ... karena suatu hari akan ada kebahagiaan yang kan kau temukan lebih dari semua
... Baca Selengkapnya
1 dari 1 orang berpendapat bahwa ini bermanfaat,
Apakah review ini bermanfaat bagi Anda?