Harga Resmi | : | Rp. 85.000 |
Harga | : | Rp. 68.000 (20% OFF) |
Ketersediaan | : | Stock di Gudang Supplier |
Format | : | Soft Cover |
ISBN | : | 6024413505 |
ISBN13 | : | 9786024413507 |
Tanggal Terbit | : | 13 Juli 2024 |
Bahasa | : | Indonesia |
Penerbit | : | Mizan |
Kaidah Emas, “lakukan pada orang lain sebagaimana Anda ingin diperlakukan”, adalah
landasan moral yang mudah sekali diterima oleh semua orang di mana pun. Maka, moral,
yakni soal benar/salah, sesungguhnya mudah dipahami secara intuitif. Tapi, mengapa
moral menjadi isu paling krusial di tengah masyakarat kita?
Lihatlah fakta: Indonesia konon salah satu negara paling religius tapi masuk peringkat
(ter)tinggi korupsi di dunia. Ratusan ribu orang setiap tahun mampu berhaji dan umrah,
tapi problem kemiskinan begitu mengerikan. Betapa sulitnya mengajarkan kebersihan dan
ketertiban di ruang publik, semisal membuang sampah sembarangan dan saling serobot di
jalan raya. Mengapa orang kita lebih mudah tertib di Singapura daripada di negeri sendiri?
Mengapa justru di negeri yang masyarakatnya mementingkan agama, moralitas seperti
terabaikan?
Buku ini membuka mata kita bahwa isu moral tersebut tidak sesederhana yang
dibayangkan orang. Di situ ada faktor kesadaran pribadi, sistem hukum, konvensi sosial,
adat dan kebiasaan, sistem pendidikan, dan sistem sosial, serta sistem keyakinan. Dari
mana kita mengurainya?
“Tak jarang karena ketidaksadaran dan ketidaktahuan, belakangan ini keharusan
mengedepankan moralitas dalam kehidupan keseharian kita terasa makin luntur.
Prioritas-prioritas lain—pengejaran kekuasaan, kemakmuran, dan popularitas—telah
menjadikan persoalan moralitas ini seperti terabaikan. Buku ini menjadi penting dalam
rangka menjernihkan dan memulihkan kesadaran kita bahwa hanya dengan senantiasa
menegakkan moralitas, peluang bagi kehidupan bersama
yang menjanjikan kebahagiaan bisa dipastikan.”
—Haidar Bagir, penulis Islam Risalah Cinta dan Kebahagiaan
“Manakala saya membaca buku ini, secara reflektif saya berteriak girang, ‘Wow, inilah
buku yang ditunggu-tunggu!’ Saya sungguh sangat mengagumi dan menaruh minat atas
karya Dr. Fahruddin Faiz ini. Buku ini disampaikan dengan narasi yang enak dan
menyentuh palung kalbu.”
—K.H. Husein Muhammad, penulis Kebijaksanaan para Ulama, Sufi, dan Filsuf