Harga Resmi | : | Rp. 100.000 |
Harga | : | Rp. 80.000 (20% OFF) |
Ketersediaan | : | Stock di Gudang Supplier |
Format | : | Soft Cover |
ISBN | : | 6025329532 |
ISBN13 | : | 9786025329531 |
Tanggal Terbit | : | Juli 2024 |
Bahasa | : | Indonesia |
Penerbit | : | Buku Kita |
Ini memang ironi. Setiap kapal akan berlayar meninggalkan pelabuhan singgah satu ke pelabuhan lain, Allan, shipmaster, selalu memberikan petunjuk kepada semua kru tentang tata cara keselamatan di kapal. Allan juga yang memberikan briefing mengenai cara mengatasi keadaan darurat di tengah laut. Tapi, di saat situasi kritis seperti ini, para bule itu malah “ngumpet” di balik dapur.
“Kita turunkan saja layarnya Pak Muhamad!” teriak Kapten Putu meminta persetujuan Muhamad, siling master, sambil menyerahkan kelat bawah ke Joko. Di belakang Joko, berdiri Niken yang sedang memegang kelat atas/fang.
Kecepatan angin saat itu mendekati 40 Knot. Sangat kencang. Kanopi penutup dan pelindung tempat kemudi telah robek dan hancur dicabik angin. Ada tiga kemungkinan buruk bakal terjadi jika layar tidak diturunkan.
Kemungkinan pertama, kapal bisa terbalik ke samping akibat tekanan angin berlebih. Kemungkinan kedua, tiang menjadi patah karena beban layar yang berlebihan. Kemungkinan ketiga, layar akan robek.
Kru mengalami kesulitan menurunkan layar dalam kondisi semacam itu. Sailing master, Muhamad, berpikir keras untuk mencari jalan terbaik, serta menghitung cermat segala kemungkinan yang paling bisa diandalkan untuk mengurangi risiko yang bakal terjadi. Suara kibasan layar menderu keras sangat menyeramkan. Kapal terombang-ambing keras terbanting tak beraturan. Situasi saat itu sungguh mencemaskan!