Andai saja Rosid mau mencukur rambut kribonya yang segede gunung itu, pastilah rumah Mansur Al-Gibran tak selalu diwarnai percekcokan. Bayangkan saja, betapa malunya Mansur jika Rosid harus menghadiri acara keluarga Al Gibran tanpa mengenakan peci putih yang telah berabad-abad menjadi tradisi leluhur keluarga besar Al Gibran. Dia yakin, di belakangnya para kerabat mencibir ulah Rosid. Rasanya Mansur sudah gagal mendidik anak. Tidak, Mansur harus bisa mengembalikan Rosid ke jalan yang benar, ke tradisi yang selama ini dijunjung tinggi oleh para leluhur Al Gibran. Mansur punya gagasan yang pasti cespleng! Berhasilkah Mansur dengan gagasannya itu? Sementara itu, Rosid tetap berkeras dengan rambut kribo dan keyakinannya. Mansur pun tak habis akal. Masih ada seribu cara di kepalanya. Apakah Rosid akan mengalah?