Buku ini mengungkap bagaimana peran perempuan dalam jaringan terorisme berkembang dari pendukung pasif menjadi aktor utama dalam propaganda, perekrutan, hingga aksi kekerasan. Buku ini menyajikan fakta bahwa kelompok terorisme seperti ISIS tidak hanya merekrut perempuan sebagai istri mujahid, tetapi juga menempatkan mereka sebagai propagandis, donatur dan pelaku serangan, sekaligus membangun narasi kesetaraan palsu untuk menjustifikasi eksploitasi mereka dalam struktur yang tetap patriarkis. Nilai keibuan dianggap melekat pada perempuan sebagai sosok lembut, welas asih, dan penjaga kehidupan, tetapi tidak pada perempuan pelaku teror.
Dengan analisis berbasis gender, buku ini membongkar konstruksi media yang timpang terhadap perempuan pelaku teror, terutama menyoal nilai keibuan (motherhood). Buku ini menyuguhkan perspektif baru tentang manifestasi keibuan pada keterlibatan perempuan dalam terorisme serta tantangan yang harus dihadapi dalam strategi penanggulangannya.
Selling Point:
Buku ini menyingkap kisah para perempuan pelaku terorisme, mulai dari pengalaman kecil hingga bagaimana mereka menjadi aktor dalam kelompok terorisme. Buku ini membagi perempuan pelaku terorisme menjadi 7 tipologi, yaitu perempuan penyendiri, perempuan di bawah umur, perempuan paramiliter, perempuan pengusaha, perempuan akademisi, perempuan pekerja migran, dan domestic motherhood, yang mana dari masing-masing tipologi memiliki karakteristik dan pengalaman yang berbeda-beda.
Buku ini diharapkan dapat menjadi bahan diskusi dan pembelajaran bagi para pihak yang berkutat di bidang penanggulangan terorisme. Melalui buku ini, kita dapat belajar dari kisah pengalaman para perempuan pelaku terorisme.