Salva, sering disapa Ava. Namun, Papanya ingin menamainya Saliva, yang berarti ludah, sebab menganggapnya tidak berguna. Dari kamus pemberian Kakek Kia, Ava mencari setiap makna dari kata-kata yang ditemukan sehari-hari. Ketika keluarga Ava pindah ke Rusun Nero setelah Kakek Kia meninggal, Ava berjumpa dengan P—anak lelaki yang pandai sekali bermain gitar. Perjumpaan Ava dengan P, dan petualangan keduanya akan membawa pembaca ke banyak pojok gelap dan muara yang mengejutkan. Pada edisi kali ini, novel Di Tanah Lada dilengkapi dengan sebuah catatan, banyak ilustrasi, dan satu kemungkinan akhir cerita lain.
Prolog:
Hari Rabu tanggal 26 Juni 2013. Di berbagai belahan dunia, sekarang, berdasarkan perhitungan cuaca, adalah musim panas. Kecuali di Australia. Tempat aneh itu tidak pernah setuju soal perhitungan cuaca. Mama yang memberitahuku. Katanya, kalau seluruh dunia sedang kedinginan, Australia akan kepanasan.
Begitu pula sebaliknya. Bagian dalam rumahku seperti Australia. Di luar adalah seluruh dunia yang lain. Di luar panas. Menurut penyiar berita di televisi, suhu di luar di atas 33 derajat Celsius. Langitnya tampak biru seperti boneka penguin milikku. Mama yang membelikan boneka penguin itu. Aku sudah memiliki boneka penguin itu selama 6 tahun. Kata Mama, bicara hal yang tidak saling berhubungan itu disebut meracau. Katanya, anak-anak suka meracau. Seperti nenek-nenek dan kakek-kakek.
Jadi, aku akan ulangi lagi: Bagian dalam rumahku seperti Australia. Di luar adalah seluruh dunia yang lain. Di luar panas. Menurut penyiar berita di televisi, suhu di luar di atas 33 derajat Celsius. Langitnya tampak biru seperti boneka penguin milikku.
Profil Penulis:
Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie lahir dan kadang-kadang tinggal di Bandar Lampung. Telah menulis sejumlah buku dan kadang-kadang mendambakan hidup sebagai penguin. Selalu dapat ditemukan di platform X @monamiCROiSSaNT dan kadang-kadang di warung tukang sate.