Blar! Pesawat yang ditumpangi Yana dalam suatu ekspedisi meledak. Yana selamat, tetapi malah terlempar ke tahun 1292 karena iseng menjajal helm waktu. Kembali ke masa lalu memang terdengar seru, tetapi Yana harus membebaskan diri dari sergapan bajak laut Kala Wredati dan penjara Bupati Madura. Belum lagi, Yana perlu mengatur strategi demi menyelamatkan Raden Wijaya, raja pertama Majapahit. Tidak kalah penting, bisakah Yana mempertahankan helm waktu, satu-satunya benda yang bisa membawanya pulang ketahun 1971?
Saatnya berkenalan kembali dengan karya sastra klasik semasa kecil dari penulis-penulis ternama Indonesia. Suasana klasik yang dipertahankan akan membawamu kembali ke masa ketika karya ini sedang berjaya.
Prolog:
Sebuah pesawat terbang kecil melayang-layang di atas Selat Madura. Penumpang pesawat itu lima orang, tiga orang Indonesia dan dua orang Barat berkebangsaan Amerika. Orang-orang Indonesia itu adalah Herundiyo, pilot pesawat; Dr. Agustiono Harjomardowo, seorang dosen jurusan Ilmu Purbakala UNBRA; Dwiyana, seorang mahasiswa pada jurusan dan universitas itu juga. Kedua orang Amerika itu masing-masing David Blair, seorang mahaguru Universitas Boston, dan Bruce Hawkins, rekannya. Keduanya pun ahli ilmu purbakala. Namun, Dwiyana yang duduk di samping pilot sangat curiga pada kedua orang Barat itu. Hanya, ia sendiri tak tahu apa dasar kecurigaannya. Seakanakan, ia mempunyai indra keenam yang mengatakan bahwa kedua orang Amerika itu bukanlah orangorang yang mengabdikan diri pada ilmu pengetahuan.
Profil Penulis:
Djokolelono adalah penulis yang telah menghiasi khazanah kesusastraan Indonesia sejak lama. Tulisannya telah menghiasi fantasi banyak pembaca lintas usia. Terlontar ke Masa Silam hanyalah satu dari sekian banyak karyanya yang melegenda. Ia dikenal baik sebagai penulis serial Astrid, serial aksi petualangan yang masyhur pada era 1980-an, yang juga diterbitkan kembali dalam Seri Klasik Semasa Kecil ini.
Di samping itu, ia juga banyak menerjemahkan karya penulis internasional dan membawanya ke hadapan pembaca Indonesia. Kini, Djokolelono membaktikan seluruh waktunya untuk menulis, setelah sekian tahun bergelut di dunia periklanan.