Yudhistira ANM Massardi (28 Februari 1954—2 April 2024) memulai karier di dunia sastra melalui pergaulannya dengan para seniman di Malioboro, Yogyakarta. Mengikuti saudara kembarnya, Noorca Marendra Massardi, ia pindah ke Jakarta dan bekerja sebagai jurnalis di berbagai media. Bersama istrinya, Siska Yudhistira, ia pun mewujudkan kepedulian sosialnya dengan mendirikan sekolah untuk kaum duafa.
Sebagai penyair, Yudhistira menjadi pusat perhatian pada 1978 ketika buku puisinya, Sajak Sikat Gigi, terpilih sebagai salah satu pemenang penghargaan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Kontroversi pun meletus ketika dua pemenang lainnya, Sutardji Calzoum Bachri dan Abdul Hadi WM, menolak keputusan juri yang terdiri dari Dodong Djiwapardja, Toeti Heraty, dan Goenawan Mohamad. Peristiwa ini menjadi salah satu polemik sastra Indonesia yang diberitakan di sejumlah media massa selama berminggu-minggu.
Buku ini menghadirkan kilasan perjalanan hidup Yudhistira yang penuh warna: Masa kecil di Subang, Jawa Barat, di tengah tuduhan “pro-komunis” kepada keluarganya; Petualangan intelektual bersama para seniman Malioboro di Yogyakarta; Perjuangan bersama istri mendirikan dan mempertahankan sekolah untuk anak-anak duafa yang masih beroperasi hingga kini. Melengkapi narasi utamanya, buku ini juga memuat catatan-catatan dari kerabat terdekat Yudhistira. Buku ini memberikan perspektif yang lebih utuh tentang sosok Arjuna Mencari Cinta.
Tentang Editor:
YANTO MUSTHOFA menamatkan kuliah dari Fakultas Tarbiyah IAIN (kini Universitas Islam Negeri) Syarif Hidayatullah Jakarta di tahun 1991. Ia sempat bekerja di beberapa media berita nasional, antara lain, harian umum Merdeka, UMMAT: Majalah Berita Mingguan, Koran Tempo, dan majalah Tempo. Laki-laki kelahiran Lamongan, 8 Februari 1969 ini juga beraktivitas di bidang pendidikan. Bersama rekan-rekannya di Bogor, ia mendirikan Yayasan Insan Nahlah Semesta.
Perkenalannya dengan Yudhistira ANM Massardi membuat suami Rina Fauziah Zulfa ini “tersedot” semakin dalam ke dunia pendidikan. Dia pernah menjadi periset dan tim penulis buku-buku serta majalah yang diterbitkan Yayasan Sekolah Batutis. Selain berbagai opininya tentang pendidikan dimuat di Koran Tempo, The Jakarta Post, Geotimes.com, dan Detik.com, dia juga telah menerbitkan buku Bahasa Mencerdaskan Bangsa (2017). Ayah Lubbi, Negar, dan Nadin ini juga berprofesi sebagai guru mata pelajaran bahasa Indonesia di SD Batutis Al-Ilmi. Kini, ia juga aktif sebagai trainer nasional untuk Gerakan Pemberantasan Buta Membaca (Gernas Tastaba) yang diselenggarakan oleh Yayasan Penggerak Indonesia Cerdas (Pengincer).