Suatu hari Rousseau kehilangan arlojinya karena dicuri orang. "Ah, untunglah," katanya, "Sekarang aku tak perlu melihat jam lagi hingga juga tak perlu menghitung waktu pula." Cerita ini hanyalah salah satu fragmen dalam buku yang memuat pemikiran sekitar 50 filsuf modern selama kurang lebih 400 tahun ini, mulai dari Machiavelli di zaman Renaisans abad ke-16 sampai dengan pemikiran Nietzsche di akhir abad ke-19. Penulisnya mengajak kita tidak hanya untuk mendalami ide-ide besar, seperti "aku berpikir, maka aku ada" (Descartes)atau "Yang rasional itu real, yang real itu rasional" (Hegel), melainkan juga menikmati kisah-kisah herois-tragis para jenius filsafat Barat, seperti dibakarnya Bruno di Roma, di usirnya Spinoza dari sinagoga, melankoli Kierkegaard, kegilaan Nietzsche, atau kisah rahasia, seperti anak Hegel yang mati di Batavia. Bahkan dihidangkan juga lecehan dari si murung Schopenhauer, seperti "perempuan itu 'makhluk bawah', semacam tahap menengah antara anak-anak dan lakilaki dewasa", atau pengakuan Marx yang mengejutkan aktivitas gerakan. "Segala yang kuketahui: Aku bukan Marxis!"Dilengkapi dengan catatan pinggir, kata-kata mutiara, cuplikan teks orisinal, bagan, foto, lukisan, tip praktis, kamus, dan bahkan anekdot, buku ini menjadi sebuah buku referensi dan pengantar yang unik ke dalam sejarah filsafat Barat modern yang layak dibaca oleh dosen, mahasiswa, budayawan, aktivis gerakan, penulis, politikus, dan siapa saja yang ingin mengetahui fundamen-fundamen mental yang terdalam dari peradaban modern.
Dr. F. Budi Hardiman, lahir di Semarang, 31 Juli 1962. Pada tahun 1997 meraih gelar Magister Artrium dan pada 2001 gelar Doktor der Philosophie pada Hochschule fur Philosophie Munich, Jerman. Sekarang mengajar di STF. Driyarkara dan Universitas Pelita Harapan, dan aktif menulis untuk berbagai media cetak. Baru 7 buku filsafat yang ditulisnya dan 8 buku yang diterjemahkannya.