"Karena aku tahu, Si Penjelajah Lut Tawar adalah perahu kebangaanmu. Aku tak mau kau kehilangan perahu ini."
Sontak mata Fikar berkaca-kaca. Buru-buru ia mengalihkan pandangan dari Malik.
"Kar, ayo naik." Malik memberi tanda agar Fikar naik ke perahu. "Sekarang kau bisa pakai perahu ini sepuasnya."
Fikar menggeleng. "Perahu ini punyamu."
"Bukan punyaku, tapi punya kita," kata Malik sambil merangkul erat sahabatnya.
***
Kesepuluh cerita di dalam buku ini memiliki muatan kedaerahan atau kearifan lokal yang begitu kuat dengan selalu disisipi pesan atau nilai-nilai kehidupan yang baik. Saat ini, cerita berbau kelokalan memang masih jarang ditemui karena kebanyakan selalu bercerita tentang hal-hal berbau perkotaan. Cerita dalam buku ini akan membuka cara pandang yang baru tentang keunikan dan nilai lokal yang bijaksana. Dengan penyajian cerita yang menarik, pembaca akan diajak berpetualang ke daerah-daerah yang tersebar di Indonesia.