Kurangnya penelisikan mengenai persepsi Pramoedya yang kompleks terhadap RRC sesungguhnya menghalangi kita untuk bisa memahami Pramoedya secara lebih utuh, terutama peran pentingnya dalam gerakan kebudayaan kiri Indonesia selama paruh pertama dekade 1960-an. Hong Liu (Direktur Centre for Chinese Studies dan Confucius Institute University of Manchester, Inggris).
Membaca Hoakiau di Indonesia membuat saya tercengang akan kukuhnya Pram dengan argumentasi. Ia siap dengan catatan sejarah, statistik dan kutipan koran. Barangkali ini memang harus dia lakukan. Pramoedya mengguncang asumsi umum yang berlaku. Pram mengecam: 'Perikemanusiaan limited' yang terbatas. Goenawan Mohamad (Penyair dan kolomnis Majalah Tempo).
Dengan mengaitkan dirinya secara akrab dengan Chen, seorang perempuan Cina, Pram menyiratkan bahwa dirinya sendiripun belum tentu tidak mengandung darah Cina. Sebab itu, ia tidak dapat mempromosikan anti-Cina untuk kemurnian rasa Indonesia. Pram memprovokasi pihak-pihak anti-Cina. Secara tidak langsung ia bertanya kepada mereka ini, apakah Anda yakin "bersih" dari darah Cina? Ia menyatakan bahwa darah Tionghoa mengalir di dalam tubuh Indonesia. Sumit Kumar Mandal (Pengajar Institut Kajian Malaysia dan Antarbangsa (IKMAS), Universiti Kebangsaan Malaysia).