"Kami adalah ahli waris yang sah dari kebudayaan dunia dan kebudayaan ini kami teruskan dengan cara kami sendiri" Demikianlah, pernyataan sikap kebudayaan yang dilontarkan oleh Angkatan '45 yang tertuang dalam "Surat Kepercayaan Gelanggang". Kumpulan puisi Tiga Menguak Takdir yang merangkum puisi-puisi pelopor Angkatan '45 ini merupakan pengejawantahan dari sikap kebudayaan itu, sekaligus penolakan terhadap estetika Takdir, generasi Pujangga Baru. Buku ini akan membawa pembacanya mengarungi kegelisahan sastrawan Angkatan '45.
Chairil Anwar adalah seorang penyair besar Indonesia yang karya-karyanya abadi sepanjang zaman. Ia lahir di Medan, 26 Juni 1922 dan meninggal dengan usia yang sangat muda pada tanggal 28 April 1949 di Jakarta. Pendidikan yang sempat ditekuninya adalah HIS dan MULO (tidak tamat). Ia adalah ujung tombak Angkatan 45 yang menciptakan trend baru pemakaian kata dalam berpuisi. Tidak seperti penyair angkatan terdahulu, Pujangga Baru, yang cenderung mendayu-dayu dan romantis, kata-kata dalam puisi-puisi Chairil terlihat sangat lugas, solid dan kuat. Salah satu puisinya yang paling sering dideklamasikan berjudul Aku dengan lariknya yang terkenal "Aku mau hidup Seribu Tahun lagi!". Selain menulis puisi, ia juga menerjemahkan karya sastra asing ke dalam bahasa Indonesia. Buku kumpulan puisinya yang diterbitkan Gramedia adalah Aku ini Binatang Jalang (1986).