Djafar Husin Assegaff, anggota Dewan Redaksi Media Group, pernah mengatakan, setelah gonjang-ganjing reformasi, ia tidak ikut terbawa arus kerinduan pada pemerintahan Pak Harto, seperti banyak disuarakan orang. Akan tetapi, secara tulus ia mengakui masa keemasan pemerintahan Soeharto ketika ia menjadi penulis karangan utama atau tajuk rencana harian Surabaya Post, akhir 1989 hingga akhir 1993.
Menurut Djafar, masa kekuasaan Soeharto yang 32 tahun dapat dibagi ke dalam empat periode, masing-masing berlangsung sewindu. Windu pertama adalah periode konsolidasi kekuasaan, windu kedua adalah periode merintis pembangunan berencana, windu ketiga merupakan periode mengenyam hasil pembangunan, dan windu keempat adalah periode awal kerapuhan kekuasaan. Meski akhirnya jatuh, Soeharto mengakhiri kekuasaannya tetap dalam keanggunan seorang pemimpin.
Ini adalah buku antologi tajuk rencana Djafar Husin Assegaff, wartawan senior yang pernah menjadi Wakil Pemimpin Umum LKBN Antara dan Duta Besar RI untuk Vietnam. Buku ini tidak berpretensi menyanjung, apalagi mengagungkan, presiden Indonesia kedua itu. Djafar, yang menyiapkan naskah buku ini menjelang akhir hayatnya, 12 Juni 2013, mungkin hanya ingin menunjukkan kebenaran anggapan sementara orang bahwa wartawan adalah ”penulis sejarah dalam ketergesaan”, writer of history in a hurry.