23 Episentrum Tiga anak muda mengejar dan menemukan profesi yang didamba. Matari, mengejar penghasilan untuk membayar utang kuliah dan menjalani hidup sebagai reporter. Awan, seorang pegawai bank yang menunggu waktu untuk mewujudkan impiannya sebagai penulis skenario film. Prama, seorang pekerja di perusahaan minyak yang berlimpah materi, namun belum menemukan kebahagiaan dan makna hidup. Mereka mencari tujuan, ambisi dan keinginan sampai akhirnya menemukan makna "23 Episentrum". ...

Tiga anak muda mengejar dan menemukan profesi yang didamba. Matari, mengejar penghasilan untuk membayar utang kuliah dan menjalani hidup sebagai reporter. Awan, seorang pegawai bank yang menunggu waktu untuk mewujudkan impiannya sebagai penulis skenario film. Prama, seorang pekerja di perusahaan minyak yang berlimpah materi, namun belum menemukan kebahagiaan dan makna hidup. Mereka mencari tujuan, ambisi dan keinginan sampai akhirnya menemukan makna "23 Episentrum". Ini ...

Buku ini berisi tentang kisah suka dan duka seorang petualang dalam perjalanan sunyi pendakian di celah Himalaya. Celah yang dia tempuh adalah celah Renjo (Renjo La Pas), yang merupakan celah tersulit di antara celah-celah Himalaya yang lain. Sieling, si pendaki itu, adalah seorang ibu berusia 50 tahun lebih, dan memiliki hasrat yang kuat untuk sampai di puncak, biar apa pun yang terjadi. Dalam buku ini, disajikan jurnal dari hari ke hari, pengalaman bertemu warga Himalaya yang ramah, serta ...

Lelakon ini, hanya pengalaman pribadiku bersama sedulur pancer, untuk menambah kekuatan hidup hendaknya berdamai dengan apa pun, siapa pun, di mana pun, kapan pun, dan dalam kondisi bagaimana pun. Tidak ada yang lebih indah daripada persahabatan dan persaudaraan. Ikatan darah tidaklah menjamin persatuan maupun kerukunan. Tetapi, perasaan yang sama melahirkan segalanya menjadi satu, kuat, perkasa, dan dahsyat sehingga kesadaran kita ini kecil, remeh, bukan apa-apa, dan tidak siapa-siapa akan ...

Perjalanan hari ini cukup melelahkan. Boleh dibilang 12 jam terus-menerus kami berada di dalam mobil, menempuh jarak 854 km. Meski hari ini cukup mengesankan. Mengapa? Karena, kini kami boleh omong gede: “Nggak sombong, gue pernah sarapan pagi di Denmark, makan siang di Jerman Barat, dan makan malam di Belanda dalam hari yang sama.” (“Menjelajah Eropa Barat, Timur Tengah, dan Asia Selatan”, Majalah M&M, Juni 1978) ...