Di masa lalu, raja-raja di tanah Jawa dikenal gemar memamerkan silsilah atau asal-usul garis keturunannya sebagai alat legitimasi untuk melanggengkan kekuasaannya. Babad Tanah Jawi yang dikumpulkan di masa pemerintahan Raja Paku Buwana I pada awal abad ke-18 hingga masa pemerintahan Paku Buwana III, dipercaya oleh beberapa ahli sebagai salah satu sarana yang digunakan kerajaan untuk keperluan legitimasi tersebut.
Teks asli Babad Tanah Jawi memuat silsilah raja-raja Jawa dari Nabi Adam, dewa-dewi dalam agama Hindu, tokoh-tokoh dalam Mahabarata, Cerita Panji masa Kediri, masa kerajaan Pajajaran, masa Majapahit hingga masa Demak yang kemudian dilanjutkan lagi dengan silsilah kerajaan Pajang, Mataram dan berakhir pada masa Kartasura.
Naskah Babad Tanah Jawi ini pun telah diterbitkan dalam berbagai versi. Salah satunya adalah Babad Tanah Jawi yang disusun oleh W.L Olthof tahun 1941. Isinya adalah babad para raja tanah Jawa, mulai dari Nabi Adam, hingga tahun 1647. Dengan penulisan yang naratif, buku ini dapat menjadi bacaan yang menarik bagi khalayak luas.
Babad Tanah Jawi adalah salah satu naskah kuno warisan budaya Indonesia. Isinya tentang sejarah kerajaan-kerajaan di Jawa. Bacaan ini cukup bisa memberikan gambaran perjalanan kerajaan di Jawa serta sedikit 'membuka tabir' tentang posisi dan kondisi sosiokultural masyarakat Jawa pada saat itu. Misalnya bagaimana masyarakat 'memuja' raja yang dianggap ditunjuk langsung oleh Tuhan - dasar feodalisme. Walaupun sekarang ini kita menganggap feodalisme adalah produk 'kuno' yang menentang kebebasan per...more Babad Tanah Jawi adalah salah satu naskah kuno warisan budaya Indonesia. Isinya tentang sejarah kerajaan-kerajaan di Jawa. Bacaan ini cukup bisa memberikan gambaran perjalanan kerajaan di Jawa serta sedikit 'membuka tabir' tentang posisi dan kondisi sosiokultural masyarakat Jawa pada saat itu. Misalnya bagaimana masyarakat 'memuja' raja yang dianggap ditunjuk langsung oleh Tuhan - dasar feodalisme. Walaupun sekarang ini kita menganggap feodalisme adalah produk 'kuno' yang menentang kebebasan persamaan hak, di sini saya bisa melihat 'keindahan' dan kebahagiaan bawahan ketika berbakti pada rajanya. Satu ketenangan dalam penerimaan dan penyerahan diri.
Babad Tanah Jawi dapat dijadikan salah satu sumber referensi sejarah namun tidak sepenuhnya. Penceritaan kebanyakan dipengaruhi unsur politis untuk 'membaik-baikan' penguasa pada saat itu. Penulis naskah mungkin dipengaruhi oleh feodalisme pada saat itu. Namun sebagai karya sastra warisan budaya Indonesia, buku ini pantaslah harus ... Baca Selengkapnya