Penulis
Tempo

Format
Soft Cover (93)

Bahasa
Indonesia (91)

Hasil: 41 - 60 dari 104
GRIDLIST
41.
Seri Tempo: Sukarno oleh Tempo
Soft Cover, Juli 2015
Stock tidak tersedia
Empat puluh tahun sejak Sukarno meninggal, nama serta wajahnya tidak pernah benar-benar lumat ter- kubur. Kampanye puluhan tahun Orde Baru untuk membenamkannya justru hanya mem perkuat ke- nangan orang akan kebesaran nya. Sukarno tak pernah berhenti menjadi ikon revolusi nasional Indonesia yang paling me nonjol—mung kin seperti Che Guevara bagi Kuba. Di banyak rumah, foto-fotonya, kendati dalam kertas yang sudah me- nguning di balik kaca pigura yang buram, tidak per- nah ...
42.
Soft Cover, Juli 2015
Stock tidak tersedia
Ia orang pertama yang menulis konsep Republik Indonesia. Muhammad Yamin menjulukinya ”Bapak Republik Indonesia”. Sukarno menyebutnya ”seorang yang mahir dalam revolusi”. Tapi hidupnya berakhir tragis di ujung senapan tentara republik yang didirikannya. Tan melukis revolusi Indonesia dengan bergelora. Sukarno pernah menulis testamen politik yang berisi wasiat penyerahan kekuasaan kepada empat nama--salah satunya Tan Malaka--apabila Bung Karno dan Bung Hatta mati atau ...
43.
Soft Cover, Juni 2013
Stock tidak tersedia
Kartini adalah kontradiksi: ia cerdas sekaligus lemah hati. Ia menyerap ide masyarakat Barat tapi tak takluk pada adat. Ia feminis yang dicurigai. Ia dianggap terkooptasi oleh ide-ide kolonial. Tapi satu yang tak bisa dilupakan: ia inspirasi bagi gerakan nasionalisme di Tanah Air. Kartini menyuarakan perubahan. Ia membawa Perjuangan perempuan pada fase yang baru, tidak Sekadar menuntut pengakuan tapi juga mengklaim Keberadaannya dalam kehidupan bangsa. Hidup Kartini begitu ...
44.
Seri Tempo: Sarwo Edhie oleh Tim Tempo
Soft Cover, Juni 2012
Stock tidak tersedia
""" Rangkai peristiwa sepanjang 1965-1966, pembubaran Partai Komunis Indonesia, (PKI) dan pergantian presiden, melambungkan nama Sarwo Edhie Wibowo, sekaligus menjadi titik-balik perjalanan hidupnya. Sebagai Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), Sarwo Edhie sangat berperan dalam penumpasan Partai Komunis Indonesia pascatragedi 30 September 1965. Ia juga yang menggerakkan pasukan khusus Angkatan Darat berkeliling Jawa dan Bali, berbulan-bulan menangkapi tokoh merah di daerah, ...
45.
Cerita di Balik Dapur Tempo oleh Tim Buku Tempo
Soft Cover, Desember 2011
Stock tidak tersedia
Edisi Seri "Kecap Dapur" mengungkap tuntas cerita di balik berita majalah Tempo selama 40 tahun berdiri (1971-2011). Apa itu "Azaz Djurnalisme", dan kriteria berita "layak Tempo"? Bagaimana keduanya dijalankan dan bertahan selama puluhan tahun? Itu semua dikupas dengan lugas, jernih, namun tetap hangat dalam buku ini. Selain bertujuan untuk mendekatkan diri ke pembaca, seri ini juga menunjukkan kepada publik praktik jurnalistik Tempo: berupaya tidak didaulat ...
46.
Soft Cover, Maret 2015
Stock tidak tersedia
Selayaknya tokoh hebat lain, Benny Moerdani juga seorang pejuang sejati, pembela ibu pertiwi. Seperti tak adalah palang yang terlalu menakutkan untuknya, Leonardus Benjamin Moerdani berada di barisan paling depan dalam pemberontakan PRRI/Permessta (1958), dan pula menjadi ikon pembebasan Irian Barat (1962). Di bawah kepemimpinan Soeharto, ia menjadi tokoh yang kontroversial. Selain namanya terkenal sebagai jenderal yang garang, ia juga pandai berdiplomasi. Namun, masa akhir hidupnya ...
47.
Soft Cover, Juni 2012
Stock tidak tersedia
""" Rangkai peristiwa sepanjang 1965-1966, pembubaran Partai Komunis Indonesia, (PKI) dan pergantian presiden, melambungkan nama Sarwo Edhie Wibowo, sekaligus menjadi titik-balik perjalanan hidupnya. Sebagai Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), Sarwo Edhie sangat berperan dalam penumpasan Partai Komunis Indonesia pascatragedi 30 September 1965. Ia juga yang menggerakkan pasukan khusus Angkatan Darat berkeliling Jawa dan Bali, berbulan-bulan menangkapi tokoh merah di daerah, ...
48.
Soft Cover, Maret 2015
Stock tidak tersedia
49.
Seri Tempo: Agus Salim oleh Tim Tempo (1)
Soft Cover, September 2013
Stock tidak tersedia
Ketika masih muda, dia pernah bertanya kepada seorang ulama: apakah Adam dan Hawa memiliki pusar? Ulama itu menjawab: ada, karena mereka juga manusia. “Kalau punya pusar, sebagaimana halnya kita, itu tandanya mereka dilahirkan oleh seorang ibu.” Ulama itu tiada dapat menimpali. Kali lain, di atas kapal Renville, ia membuat utusan Belanda yang menuduh RI menyalahi kesepakatan Linggarjati bungkam: “Apakah aksi militer yang Tuan lancarkan terhadap kami sesuai dengan Perjanjian ...
50.
Soft Cover, Agustus 2013
Stock tidak tersedia
Sejak dibentuk pada 2003, KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) sudah mengirim ratusan koruptor ke bui: bupati, walikota, gubernur, anggota DPR, duta besar, pejabat kepolisian, pun besan presiden. Tercatat lebih dari 500 kasus pernah diselidiki; Rp153 triliun uang negara diselamatkan. KPK menjelma momok di mata para pelaku rasuah dan pendukungnya. Komisi ini terus-menerus coba dilemahkan. Telah 17 kali UU KPK digugat di Mahkamah Konstitusi. Dua pemimpin KPK—Bibit Samad Rianto dan Chandra ...
51.
Seri Tempo: Natsir oleh Tim Penulis Tempo
Soft Cover, Januari 2011
Stock tidak tersedia
Hidupnya tak terlalu berwarna. Apalagi penuh kejutan ala kisah Hollywood: perjuangan, petualangan, cinta, perse­ling­kuhan, gaya yang flamboyan, dan akhir yang di luar dugaan, klimaks. Ia menarik karena santun, bersih, konsisten, toleran, tapi teguh berpendirian. Satu teladan yang jarang. Mohammad Natsir orang yang puritan. Tapi kadang kala orang yang lurus bukan tak menarik. Hidupnya tak ber­warna-warni seperti cerita tonil, tapi keteladanan orang yang sang­gup menyatukan kata-kata dan ...
52.
Soft Cover, April 2014
Stock tidak tersedia
Mengawali karier militer sebagai serdadu Belanda, Ali Moertopo adalah simpul penting Soeharto dan politik Order Baru. Dia intel, aktivis dan politikus. Ali Moertopo membuka jalan bagi kekuasaan Soeharto. Dia meremukkan demokrasi justru ketika Indonesia tengah meninggalkan otoritarianisme Bung Karno. Ia menggelar pelbagai operasi khusus: membuat partai politik untuk membesarkan Golkar, menciptakan fobia pada Islam dengan merangkul kelompok Islam radikal. Ali membuat politik tampil dalam wujud ...
53.
Soft Cover, Agustus 2013
Stock tidak tersedia
Sesungguhnya dia punya pilihan gampang dan menyenangkan. Dengan gelar Meester in de Rechten dari Universitas Leiden, ia tak kurang suatu apa untuk menjadi kaya raya dan sejahtera. Namun, Yap Thiam Hien memilih jalan lain. Misalnya: Ketika kantor pengacara lain mengenakan tarif Rp40 juta per klien, biaya yang dikutip Yap hanya Rp5-10 juta. Tak jarang ia menggratiskan jasa kepengacaraannya. Pembelaannya memburu kebenaran, bukan sekadar kemenangan. Apalagi hanya merapat kepada siapa yang berani ...
54.
Soft Cover, Januari 2014
Stock tidak tersedia
Pada 17 Agustus 1950, di Jakarta, sejumlah seniman dan politikus membentuk Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra). Melalui konsep seni untuk rakyat, Lekra mengajak para pekerja kebudayaan mengabdikan diri untuk revolusi Indonesia. Hubungannya yang erat dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) menyeret lembaga ini ke tengah pusaran konflik politik. Ketika PKI digdaya, yang bukan Lekra diganyang. Sebaliknya, ketika zaman berubah, khususnya pasca Geger 1965, yang Lekra ...
55.
Soft Cover, Februari 2022 Rp. 110.000 Rp. 88.000 (20% OFF)
Stock di Gudang Supplier
Di masa lalu, Afganistan seperti negeri dongeng. Alamnya sangat indah. Dataran tingginya memiliki bukit yang berlapis-lapis yang menjaga dari kekejaman cuaca yang kerap tak menentu. Lembahnya yang subur menjadi begitu berwarna-warni di musim semi, saat mereka merayakan Nauruz di bulan April. Sungai-sungainya mengalirkan air yang sangat dingin, dari es di gunung-gunung tertinggi mereka yang meleleh di musim panas. Masyarakatnya hidup dalam damai. Mereka menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional ...
56.
Batik Betawi oleh Hartono Sumarsono Dkk
Soft Cover, April 2017
Stock tidak tersedia
Sebagai salah satu pelabuhan utama di Nusantara, sejak berabad-abad silam Jakarta sudah kedatangan banya suku dan bangasa uang berinteraksi dan berbaur membentuk sebuah belanga peleburan, melting pot. Hal ini ikut menjumpai motif garuda dari Solo-Yogya, motif buketan dari Pekalongan, motif pasung/pucuk rebung dari Cirebon dan Lasem, gaya materos dari Banyumas, dan juga ciri-ciri batik garut, tasikmalaya, ciamis, dsb. Bahkan juga gambar Thomas Cup, piala lambang supremasi bulutangkis ...
57.
Soft Cover, Agustus 2017
Stock tidak tersedia
Di atas kapal Renville, Agus Salim membuat utusan Belanda yang menuduh RI menyalahi kesepakatan Linggarjati bungkam: “Apakah aksi militer yang Tuan lancarkan terhadap kami sesuai dengan Perjanjian Linggarjati? Kalau Tuan-tuan melancarkan sekali lagi aksi militer terhadap kami, kami akan mencapai pengakuan de jure di seluruh dunia.” Itulah Agus Salim. Diplomat yang cerdik dan pendebat ulung; alim yang kritis dan ulama yang moderat. Tapi dia juga pernah kehilangan iman dan susah payah ...
58.
Soft Cover, Maret 2018
Stock tidak tersedia
DIA konsisten mengamalkan amanat Kongres Pemuda II Oktober 1928 yang menahbiskan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan. Ketika Belanda berusaha mengubur bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan, dia tetap berjuang mempopulerkan bahasa itu di masyarakat. Dialah Amir Hamzah, raja penyair Pujangga Baru. Bermacam puisi, prosa, dan sajak lantas dia anggit dalam bahasa Indonesia. Terhimpun dalam Nyanyi Sunyi dan Buah Rindu, kata-kata dalam sajaknya berkesan kemas, ganas, tajam, dan pendek. ...
59.
Soft Cover, Mei 2017
Stock tidak tersedia
Pada masa penjajahan Jepang, ia menjadi wartawan kantor berita Domei. Pidato-pidatonya selalu meneriakkan “Allahu Akbar” dan mengobarkan semangat pejuang menentang tentara Sekutu. Sosoknya terekam kuat dalam potret diri yang mengacungkan telunjuk dan tatapan mata tajam. Sutomo atau Bung Tomo ialah tokoh “pemberontak” termasyhur. Kehadirannya jadi simbol perlawanan dalam pertempuran 10 November 1945. Ia lantas kerap mengkritik Orde Baru, terutama soal korupsi dan penyalahgunaan ...
60.
Soft Cover, Maret 2018
Stock tidak tersedia
Teungku Daud Beureueh adalah orang yang menyambut proklamasi kemerdekaan Indonesia 1945 dengan sumpah setia. Ia mencintai Indonesia merdeka: dihimpunnya dana masyarakat Aceh untuk membiayai perjuangan militer dan diplomatik RI melawan tekanan Belanda. Bagi Bung Karno, Aceh bahkan dianggap “daerah modal republik”. Namun sebagai ulama dan tokoh masyarakat karismatik Aceh, dia mengangkat senjata melawan pemerintah pusat pada 1953. Perang datang silih berganti di Tanah Rencong hingga ...