Penulis
Hendardi
Kategori
Buku
Non Fiksi
Lainnya (4)

Format
Soft Cover (4)

Hasil: 1 - 4 dari 4
GRIDLIST
1.
Soft Cover, Oktober 2020
Stock tidak tersedia
Tulisan-tulisan Hendardi yang terangkum dalam buku ini mendokumentasikan dan menganalisis periode sejarah penting ketika Indonesia mengalami perubahan dari Orde Baru menuju era Reformasi. Dengan gaya tulisan cenderung lugas, pembaca dengan jernih dapat memahami persoalan yang diajukan. Ambil misal artikel “Interpelasi DPR: Ajang Cuci Baju Kotor”, 29 Juli 2000. Dia menyoroti sidang pengajuan hak interpelasi DPR kepada Presiden Abdurrahman Wahid beberapa hari sebelumnya. Dia menulis, ...
2.
Membela Hak Ekosob dan Melawan Korupsi oleh Ismail Hasani dan Halili
Soft Cover, Oktober 2020
Stock tidak tersedia
Pembangunan kerap kali berseberangan dengan hak asasi manusia. Hendardi berpendapat, rezim di negara-negara berkembang, tak terkecuali Indonesia pada masa Orde Baru, cenderung mengatasi masalah tersebut dengan menekan hak sipil dan hak politik masyarakat, terutama di bidang ekonomi. Dia mengatakan, salah satu persoalan akut dalam pembangunan—pengentasan kemiskinan—membutuhkan peran rakyat. Namun, proyek padat modal oleh pemerintah Orde Baru dilaksanakan tanpa partisipasi publik dan kontrol ...
3.
Soft Cover, Oktober 2020
Stock tidak tersedia
Buku ini merupakan kumpulan artikel Hendardi yang tersebar di berbagai media. Semua dalam bingkai penghormatan terhadap hak asasi manusia (HAM), yang digelutinya sejak mahasiswa hingga kemudian aktif di Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), lalu mendirikan Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI) serta Setara Institute. Tema yang penting disorot adalah hak berpendapat, satu dari tiga komponen hak sipil dan politik—selain hak menjalankan keyakinan atau agama ...
4.
Jejak Aktivisme Hendardi oleh Ismail Hasani dan Halili
Soft Cover, Oktober 2020
Stock tidak tersedia
Pada 1978, Hendardi—yang masih “anak bawang” di Institut Teknologi Bandung— terkaget-kaget dengan keberanian para seniornya mengeluarkan pernyataan politik: tidak menghendaki lagi Soeharto sebagai Presiden Indonesia. Penangkapan dan penahanan terhadap para pemimpin dan ratusan aktivis mahasiswa pun terjadi. Kampus diduduki tentara dan “dinormalkan”, rektor ITB dicopot dan diganti dengan rektorium. Perangkat Badan Koordinasi Kemahasiswaan ditanamkan untuk menggencet kebebasan ...