“Kak Kay, Kak Kay,” panggil seorang gadis berseragam SMA bernama Sasa.
“Ya? Kenapa, Sa?"
“Kenapa Kak Bara?” Pertanyaan Sasa yang dilempar tiba-tiba membuat Kayna terdiam
sesaat.
“Kenapa kakak aku? Kamu kan tahu apa kata orang tentang Kak Bara? Dia anak nakal,
sukanya balap liar, terus pakai piercing, bad boy banget deh udah kelihatannya! Kakak
nggak takut Kakak aku akan matahin hati Kakak?”
Kali ini Kayna langsung menggelengkan kepala. “Sasa mau aku bisikin rahasia nggak?”
“Apa, apa?” Sasa mendekat ke arah Kayna dan gadis berambut cokelat kemerahan itu
pun berbisik.
“Kakaknya Sasa adalah satu-satunya orang yang mau beli ponsel baru buat bikinin aku
hotline pribadi yang bisa aku telepon kapan aja aku merasa perlu. Kakaknya Sasa juga
satu-satunya orang yang rela ikut jongkok sama aku di tengah kampus yang ramai
karena aku sakit perut dan nggak bisa lanjut jalan lagi. Dan Kakaknya Sasa juga satu-
satunya orang yang sayang sama aku bahkan di saat aku ngerasa diriku bener-bener
nggak pantas disayang.”
Sasa mendongak menatap Kayna yang kini tersenyum manis pada adik kecil
kekasihnya. “Ditambah lagi, kakaknya Sasa ganteng banget. Masa aku tolak?”