Bagi Ila, Tresa adalah teman pertama, sahabat, dan
satu-satunya orang yang ia percaya setelah Ayah.
Namun sebelas tahun awal kehidupan laki-laki itu
adalah halaman sobek bagi Ila, ia tidak tahu di mana
lembaran itu tercecer.

Bagi Tresa, Ila adalah kesukaan terbesarnya, apa pun
akan ia lakukan untuk mempertahankan seseorang
seindah Ila dan kasih sayangnya. Ia tidak akan membiarkan
Ila tahu kelemahan dan sisi buruknya.

Ketika keduanya berusaha melebur batasan yang tidak
pernah jelas di antara mereka, Tresa masih harus berjuang
'melawan' dirinya sendiri. Fakta bahwa ia mempunyai
luka yang belum sembuh, memaksa ia harus segera
berdamai dengan dirinya sendiri.

Mampukah Ila menjadi sosok yang menyembuhkan
bagi Tresa? Atau, justru kehadiran Ila hanya kian
memperparah luka yang pernah ada?