Sampai sekarang, perempuan Jawa tidak melupakan Kartini, meski hanya sebagian kecil yang pada hari Kartini mengenakan kain kebaya. Tapi dengan sikap biasa-biasa, Kartini masa kini bisa mengagungkan Kartini. Nalarnya gimana? Bertanya lagi Toean Gossip dengan mendesak. Rerasan menjawab bahwa dewasa ini, kehidupan di sekeliling semakin hari semakin penuh dengan ketidak jujuran. Orang yang baik-baik semakin diplekotho dan dibodohi. Semakin diam, semakin diinjak. Orang tanpa malu memborong kesempatan. Menutup jalan bagi orang lain. Kalau bisa semuanya mau dipek dhewe. Kadang-kadang, seperti ini juga terjadi di pusat kegiatan budaya dan kemanusiaan. Keadaan semakin hari semakin mengerikan. Karena tidak ada lagi rasa rikuh dan pekewuh. Apa yang disebut teman hanyalah sementara. Begitu menyangkut kepentingan sendiri, siapa pun menjadi lawan ... Nah, pada kesempatan itu Kartini-Kartini masa ini harus tampil dengan membawakan semangat kesejukan dan keindahan hati.
Bakdi Soemanto lahir di Solo tanggal 29 Oktober 1941. Sejak tahun 1979 ia aktif mengajar sampai sekarang di berbagai tempat, seperti IKIP Sanata Dharma, Akademi Kewanitaan Yogyakarta, Akademi Bahasa Asing Kumendaman, Fakultas Sastra Universitas Sebelas Maret Solo, dan Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Umum Dewan Kesenian Yogyakarta. Karya-karyanya yang diterbitkan oleh Gramedia adalah kumpulan cerpen Bibir dan Doktor Plimin.