Remaja itu duduk di atas observation deck ketiga yang berada kira-kira 300 meter dari atas permukaan tanah. Menara yang hanya menampilkan rangka belaka, sehingga angin maupun cuaca tidak akan terlalu mempengaruhinya. Desain rangka berlubang-lubang itulah yang menyebabkan para wisatawan bisa melihat remaja itu dengan jelas. 

 

Angin bertiup memainkan rambut putih remaja itu. Perban menutupi setengah wajahnya. Perban itu, ditambah pakaian yang dikenakannya mengesankan remaja itu adalah pasien yang melarikan diri dari rumah sakit. 

 

“Panggil petugas!” pria yang pertama kali melihat dan menegur remaja itu berkata. “Mungkin saja dia ingin melompat!” 

 

Tapi, sebelum ada yang sempat meresponnya, goncangan pelan menyelimuti seluruh tempat itu. Para wisatawan segera menyadari situasi ganjil ini, dan saling berpandangan cemas. Sesuatu yang sangat besar merangkak dari dalam tanah, kemudian itu muncul bagian dalam menara yang disangga oleh empat pilar itu. Menggeliat di dalamnya, menyebabkan besi-besi penyangga menara itu mengeluarkan bunyi derit yang menyeramkan. Seluruh badan menara bergoncang ketika makhluk itu `menjulurkan` kakinya - atau apapun itu dari sela-sela lubang yang ada. 

 

Panik mulai melanda para wisatawan. Berdesakkan, mereka berlomba-lomba untuk melarikan diri dari sana. Di lain pihak, remaja tadi malah memanjat hingga ke puncak menara. Sama sekali tidak terpengaruh ataupun takut dengan peristiwa ini. Setibanya di puncak menara, cahaya merah menantinya.