Sinopsis Singa Bosnia
”Saya tidak menentang Islam karena agama itu mendidik para prajurit dalam divisi ini bagi saya dan menjanjikan mereka surga jika mereka bertempur dan mati dalam pertempuran; sebuah agama yang sangat praktis dan menarik bagi para prajurit!” Reichsführer SS Heinrich Himmler
Bosnia-Hercegovia, 1941–1945. Terjepit dalam perang saudara berdarah di tengah-tengah perang yang lebih besar antara rakyat Yugoslavia dan kekuatan pendudukan Poros, kaum Muslim berusaha mencari bantuan untuk menyelamatkan komunitas mereka. Dan orang yang menjadi tumpuan harapan mereka ternyata adalah Heinrich Himmler, pemimpin SS Nazi yang ditakuti! Harga yang harus mereka bayar: bersedia menjadi kaki tangan Nazi dan umpan peluru bagi kejayaan Reich Ketiga. Inilah kisah salah satu unit paling ganjil sekaligus kontroversial dalam sejarah Reich Ketiga: kisah para prajurit Muslim Bosnia dalam barisan Waffen-SS."
olehAnnisa Nurul JannahpadaMinggu, 8 Desember 2013
Buku ini menceritakan tentang satu peristiwa yang menarik perhatian dunia pada tahun 1900-an yaitu runtuhnya Republik Federasi Sosialis Yugoslavia. Pemisahan diri berlangsung secara damai walaupun terjadi kekerasan di Makedonia dan Slovenia. Yugoslavia yang saat itu sebagai negara yang baru lahir kemudian terjebak dalam pertikaian etnis yaitu orang Serbia dan Kroasia. Puncak pertikaian di antara kelompok-kelompok etnis tersebut terjadi ketika seorang anggota parlemen Montenegro menembak mati pemimpin Kroasia yang popular, Stjepan Radić. Dalam pertarungan antara kaum nasionalis Serbia dan Kroasia, Bosnia-Hercegovina memiliki tempat khusu. Akan tetapi, di tengah-tengah orang Serbia dan Kroasia terdapat juga kaum Muslim yang jumlahnya mencapai 36,84 persen dari penduduk Bosnia-Hercegovina. Untuk memperkuat klaimnya atas wilayah tersebut, baik kaum nasionalis Serbia maupun Kroasia mengklaim Muslim Bosnia sebagai bagian bangsa mereka, yang masuk Islam selama penjajahan Turki yang berlangsung 600 tahun di Bosnia-Hercegovina.
Ketika Bosnia-Hercegovina menjadi bagian dari Kerajaan Yugoslavia, kaum Muslim menemukan dirinya dalam posisi yang tidak menguntungkan. Banyak petani Serbia di Bosnia-Hercegovina secara tradisional memandang rendah mereka sebagai kaki tangan orang Turki. Reputasi kaum Muslim semakin memburuk karena pada masa Perang Dunia I mereka setia kepada Austria dan banyak yang bergabung dengan Schutzkorps, unit pertahanan lokal yang menerapkan kebijakan anti-Serbia pemerintah di Bosnia timur secara brutal.
Pada ... Baca Selengkapnya