Banyak tudingan miring ditujukan pada Megawati Soekarnoputri. Dari soal tidak menyelesaikan pendidikan tinggi, otoriter, sampai tidak Islami, bahkan dianggap “musuh” Islam. Ia memilih diam saja. Anggapan-anggapan negatif dijawab dengan kerja nyata. Ia tetap diam sekalipun di era tsunami informasi, fakta diputarbalikkan, kebenaran semakin terkikis oleh informasi sesat, palsu, atau bahkan kebohongan yang disuarakan berulang-ulang. Hanya sekali-sekali Megawati menjawab, bila tudingan sudah keterlaluan. Buku The Brave Lady yang merupakan kumpulan tulisan para menteri Kabinet Gotong Royong menyajikan fakta kepemimpinan Megawati sebagai Presiden Kelima Republik Indonesia. Ia menyinergikan para menteri, bekerja keras membawa bangsa Indonesia keluar dari krisis multidimensi. Kharismanya diakui meredam dinamika hubungan legislatif dan eksekutif. Arahan kebijakan di bidang politik, ekonomi, hukum, pendidikan, juga kesejahteraan rakyat, terbukti mampu meletakkan landasan bagi pemerintahan berikutnya untuk berlari cepat meninggalkan krisis. =================== “Menjadi wakil presiden pada masa Presiden Megawati Soekarnoputri, saya menjadi saksi bahwa Ibu Mega memiliki komitmen sangat kuat dalam menjaga keseimbangan antara kekuatan nasionalis dan kekuatan Islam. Setiap langkah dan keputusan yang diambil Presiden Megawati didasarkan pada kepentingan kebangsaan, bukan kepentingan diri sendiri apalagi kelompoknya.” —Dr. H. Hamzah Haz, M.A, Ph.D., Wakil Presiden Republik Indonesia, periode 2001-2004. “Dalam Kabinet, suasana gotong royong benar-benar hidup dan terpelihara. Itu saya rasakan karena kesabaran dan kegigihan Presiden Megawati untuk memelihara martabat Indonesia di hadapan CGI, IMF, Bank Dunia, dan pihak-pihak PMA. Selain itu, tentu saja, harus menjaga pelaksanaan program-program Kabinet yang dilakukan secara sistematis demi kesejahteraan rakyat.” —Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, Ph.D., Menko Perekonomian Kabinet Gotong Royong, periode 2001–2004.