Menceritakan tentang persahabatan antara dua manusia bernama Rifly dan Inayah. Suatu hari saat kelulusan SMA, Inayah memberanikan diri menyatakan cinta pada Rifly karena ia akan melanjutkan kuliah di Turki. Rifly yang merasa tidak siap dengan pernyataan cinta itu akhirnya lebih memilih menolak Inayah dengan alasan di dalam Islam tidak ada yang namanya pacaran. Akhirnya mereka pun berpisah, Rifly melanjutkan kuliahnya di Jakarta sedangkan Inayah di Turki. Selama perpisahan itu pula mereka tak lagi berkomunikasi. Namun, perpisahannya dengan Inayah justru membuatnya sulit membuka hati untuk wanita lain dan cenderung ketus ke setiap wanita yang mendekatinya. Begitupula Inayah, kesibukannya sebagai mahasiswa di Turki tak membuat ia berhasil melupakan perasaannya pada Rifly. Diam-diam mereka saling mendoakan satu sama lain hingga akhirnya Allah kembali mempertemukan mereka dengan perasaan cinta yang semakin menguat satu sama lain.

"Kita pernah begitu saling mengenal hingga benih cinta tumbuh dengan tanpa keraguan. Kemudian tak ada lagi asing di antara kita, hingga satu ketika waktu beranjak pergi dan jarak pun memisahkan." -Rifly Al-Ashar

“Hati tidak harus terpaksa untuk jatuh cinta lagi dan lagi demi mencari siapa yang layak menjadi pendamping kita kelak. Setiap kepala, jodohnya sudah ditentukan oleh Tuhan." -Nurul Inayah

Tuhan menakdirkan Rifly dan Inayah untuk bertemu di satu masa yang mengeratkan hubungan mereka. Mengizinkan benih cinta tumbuh subur bagi keduanya. Namun, takdir juga yang memisahkan mereka lewat jarak dan ketidakberdayaan untuk saling menyapa.

Takdir memang suratan, seperti jodoh yang sudah ditentukan. Namun, apakah Rifly dan Inayah akan berserah pada situasi yang kian menjauhkan, atau berjuang dan terus percaya takdir pasti akan berpihak kepada mereka?

"Cerita ini adalah salah satu cerita yang unik, jomblo ngenes pasti tertampar kalau baca novel ini. Banyak pelajaran & manfaat yang bisa diambil. Terlebih, Mas Yudi selalu berhasil membuat tokoh fiksi yang sangat menggugah."  

Azmi Askandar

Tentang Penulis

Wahyudi Pratama lahir Desember di kota kecil penuh makna, sarjana Hukum Internasional Universitas Hasanuddin. Sejak SD sudah gemar membaca berbagai jenis buku cerpen yang ada di perpustakaan sekolahnya. Lalu berlanjut ke tingkat SMP, mulai jatuh cinta dengan berbagai macam bacaan buku terkecuali deretan angka. Beberapa kali mengikut kompetisi cipta dan baca puisi tingkat kota, dan seringkali meraih juara.

la mulai menulis saat duduk di bangku SMA; dari buku diary, halaman belakang buku catatan, koran lokal, hingga narablog pribadi. Menulis dan membaca telah menjadi sebuah kebutuhan baginya. Sekarang tujuannya menulis untuk. bermanfaat; sebab kata-kata menguatkan, dan kata-kata pula bisa merubah hidup banyak orang.