Hening yang kian meraja, membuat bulu kuduk ini seketika meremang. Aku benar-benar sendiri di tengah hutan yang gelap dan menyeramkan. Aku mencoba melangkah perlahan menyusuri hutan yang tak ada ujungnya. Kupacu langkah kaki kian cepat. Ya, aku mulai ketakutan, sebab suara yang menggema semakin jelas dan mengerikan. Tawa lantang yang kutaksir adalah suara kuntilanak. "Mau kemana, Anak cantik?" Aku terkejut saat tiba-tiba seorang perempuan renta telah berdiri di depanku. Sorot matanya sungguh membuatku merasa tak terkendali. Ingin rasanya lari. Namun, tangan penuh keriput itu mencengkeram erat pergelangan tanganku. "Mau kemana? Takdirmu sudah digariskan di sini. Selamanya kau akan menjadi abdi yang setia." "Siapa anda, Mbah?" "Takdirmu sudah terikat dengan Ndoro Ayu. Kau akan menjadi bunga kematiannya." "Bunga kematian? Apa itu, Mbah? Siapa Ndoro Ayu itu?" Aku tak kuasa menahan ngeri yang semakin merajai diri. Saat kuperhatikan lebih lama, garis bibir perempuan itu melebar. Bahkan terlalu lebar sampai menyentuh telinga. Aku menjerit dan meronta, mencoba melepaskan diri. Namun, cengkeraman itu terasa kian erat, sampai membuat pergelanganku memerah. Sedang tubuh bungkuk itu perlahan lahan menjadi tegak. Kemudian satu per satu matanya melotot hampir keluar. Rambutnya yang semula disanggul rapi, menjurai Windi tidak tahu bahwa kedatangannya ke Desa Margoarum sama dengan menyerahkan jiwa kepada Ndoro Ayu, makhluk tak kasatmata yang dipuja oleh Nyi Senggani-majikannya, Berniat mencari pekerjaan dengan menjadi pembantu, Windi malah terjebak untuk dijadikan Sekar Pati, Windi akan diikutsertakan dalam setiap ritual dan nantinya jiwa Windi akan ditukar dengan Ndoro Ayu untuk membuat Ndoro Ayu tetap muda, cantik, dan abadi, Cerita ini tentang perjuangan Windi untuk menyelamatkan Desa Margoarum dari kekelaman dan kebejatan Nyi Senggani dan melepas ikatan Bekap Pati walau banyak korban berjatuhan.