Siapa yang bisa mencuri sesuatu dari manusia yang teramat miskin. Siapa yang bisa membunuh seseorang yang tidak hidup? Dengan penglihatannya yang mengabur dalam sekarat, Salvador tua mengais sisa-sisa kenangannya bersama Tirbiani kecil; Salvador berhutang sebuah pengakuan kepada anaknya. Pada saat bersamaan, para remaja buruh yang merawat Salvador justru harus membuka kembali ingatan mereka tentang pedihnya kehilangan keluarga ketika mereka berusaha mencari tahu keberadaan Tirbiani. Buku ini berkisah tentang kehidupan para buruh; kelembutan hati orang-orang terpinggirkan dan pencerahan seorang lelaki tua yang belajar dari kealpaannya sendiri, juga dari keagungan isyarat alam yang tenang dan melambung. “Debu dalam Angin ini adalah gubahan asli seorang penulis Indonesia, sehingga menarik untuk menghayati pengalaman Indonesia generasi baru. Apakah pembaca sedang berada di Indonesia? Dimensi Indonesia macam apakah yang terungkap dalam novel ini? Latar imajiner novel bergenre realisme ini tetap membawakan tema klasik: pergulatan manusia, dalam kondisi apa pun, agar hidupnya bermakna. Cara berceritanya yang tidak mencari efek sensasi, peka terhadap kerincian, menggambarkan kehidupan pinggiran secara elegan. Mengena bagi yang selektif memilih bacaan.” —Seno Gumira Ajidarma