Dulu, Damar dan Viona adalah teman semasa masih berseragam putih-merah. Mereka bagaikan tikus dan kucing. Damar si tukang usil selalu berhasil membuat Viona menangis.

Damar begitu menyukai saat Viona mulai merajuk dan akhirnya menangis saat ia jaili. Namun, sesaat kemudian, rasa bersalah menyerang batinnya. Damar sendiri tidak mengerti kenapa ia sangat suka mengerjai Viona. Menurutnya, hal seperti inilah yang membuatnya bisa dekat dengan Viona.

Keisengan yang akhirnya menumbuhkan rasa suka di antara keduanya. Namun usia yang masih terlalu dini, membuat keduanya tidak memahami atas apa yang sedang mereka rasakan.

Dan kemudian waktu memisahkan mereka. Tanpa sempat mengucap cinta. Hingga pada akhirnya keduanya kembali dipertemukan dalam keadaan yang berbeda. Damar dan Viona telah beranjak remaja. Bukan lagi anak kecil berseragam putih-merah melainkan siswa SMA.

Akankah waktu telah mengubah keduanya? Menghapus cinta monyet yang pernah bermain dalam hati mereka dahulu? Mampukah cinta lama menyatukan mereka? Ataukah takdir menuliskan cerita yang berbeda bagi keduanya?