Miyu mencari dari mana asal suara teriakan orang-orang yang begitu ramai. Namun, yang ia lihat hanya orang-orang tengah mengerumuni sesuatu yang membuatnya sangat penasaran. Jantung Miyu berdegup sangat kencang, firasatnya pun tidak enak, tetapi Miyu menepis itu dengan keras.

Perlahan, Miyu bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati kerumunan. Miyu mengerutkan dahi, menebak-nebak apa yang terjadi di sana. Ia pun semakin mendekati kerumunan tersebut.

Miyu hanya bisa berdoa dalam hati apa yang dipikirkannya tidak akan terjadi. Tinggal beberapa langkah lagi, Miyu memantapkan hatinya agar tetap tenang. Sedangkan, di belakang, pemuda itu masih senatiasa mengikuti Miyu. Semakin mendekat, Miyu semakin tahu apa yang terjadi. Ada pohon yang tumbang.

“Pohon?” Bola mata Miyu berpendar melihat sekeliling. Hatinya bercampur aduk.

“Tidak mungkin!”

Pohon sakura yang ia potret tadi, tumbang dan tepat mengenai orang tua Miyu yang masih berdiri di bawah. Ia mengerti kenapa orang tadi mendorong dirinya. Namun sayang, orang tua Miyu tak sempat terselamatkan dan tertindih pohon sakura.

Miyu segera berlari mendekati kerumunan itu dan mencoba memaksa masuk di antara orang-orang. Pohon itu sudah disingkirkan, darah segar keluar dari kepala dan tubuh kedua orang tuanya.

(Cuplikan Cerpen SEKUAT POHON PINUS – Aulia Syarifatul Husna)

Aku termenung dalam balutan rindu

Rindu yang menggurat sepi dalam kalbu

Yang selalu membuat aku bertanya

Di mana belahan jiwa ini?

(Puisi BALUTAN SEPI – Prasepta Wisnu Prio U)

Ketahuilah bahwa kehidupan di dunia tidak kekal.

Jika kau ingin mencari kesenangan, harta, derajat yang tinggi

hanya untuk dilihat sempurna di mata banyak orang,

kau termasuk orang yang merugi.

(Quote Ela Nuraeni Fajarwati)

JANUARI BERKISAH …

Mengabadikan kisah penuh makna dalam rangkaian kata.

Kumpulan cerpen, puisi, dan quote menyentuh kalbu dari Tim Ayo Berkarya.