Fajar Junaedi lahir di Madiun pada tanggal 20 Mei 1979. Mengajar di Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) sejak tahun 2003. Buku yang ditulisnya berjudul Komunikasi Massa: Pengantar Teoritis (2007), Membuat Film Dokumenter, Sebuah Panduan Praktis (2011), Menyulap Kekalahan : Operasi Militer Amerika Serikat dalam Televisi dan Film Hollywood (2012), Jurnalisme Penyiaran dan Reportase Televisi (2012) Bonek : Komunitas Suporter Pertama dan Terbesar di Indonesia (2012) dan Media Parenting (2013) Selain menulis sendiri juga menulis dalam beberapa buku terutama di ranah ilmu komunikasi bersama kolega-koleganya seperti Komunikasi 2.0 : Teoritisasi dan Implikasi (2011), Komunikasi Bencana (2011), Media Literasi dan Kearifan Lokal (2012) dan beberapa buku lainnya. Beberapa tulisannya banyak mengangkat kajian tentang suporter sepak bola dan politik telah dipresentasikan dalam berbagai konferensi dan diterbitkan dalam proceeding akademis, yaitu pertama, Konflik Multikultur di Balik Gemerlap Sepakbola (2008) yang dipresentasikan dalam Konferensi Nasional Kajian Media dan Komunikasi di Universitas Airlangga Surabaya dan dipublikasikan dalam buku Transformasi Industri Media dan Komunikasi di Indonesia (2008). Kedua, Anak Muda, Suporter, Media Sosial dan Rekonsiliasi (2011) yang dipresentasikan call for paper Remaja Digital di Universitas Muhammadiyah Surakarta dan dipublikasikan dalam buku Remaja Digital (2011). Ketiga, Sepak Bola sebagai Komunikasi Politik, dimuat dalam buku ...
Buku tentang jurnalisme penyiaran dan reportase televisi adalah pelepas dahaga atas kebutuhan hal ini seiring perkembangan pesat dunia penyiaran di Indonesia. Penerbitan buku seperti ini layak mendapat apresiasi. Yang membedakan buku ini dengan buku lainnya adalah adanya bab yang membahas tentang jurnalisme penyiaran dan reportase televisi di daerah bencana.
Kita tentu masih ingat bagaimana bencana erupsi Merapi yang diberitakan oleh berbagai media televisi, yang terkotori oleh pemberitaan stasiun televisi tertentu yang cenderung mengeksploitasi para korban. Bandingkan dengan tsunami di Jepang, dimana pemberitaan justru lebih menekankan pada pertolongan pada korban dan optimisme untuk keluar dari penderitaan yang diakibatkan oleh bencana. Buku ini mencoba menjawab kegalauan atas jurnalisme penyiaran dan reportase televisi di daerah bencana yang terjadi dalam ranah komunikasi bencana di Indonesia.
Tentu saja buku ini juga memuat aspek dasar dalam jurnalisme penyiaran dan reportase televisi. Buku ini layak untuk dibaca mahasiswa dan dosen komunikasi, para praktisi, pengamat media, penggiat televisi komunitas dan siapapun yang tertarik pada jurnalisme penyiaran dan reportase televisi.