Bagi Leo Sebastian, hidup adalah lorong-lorong gelap berliku. Di dalamnya, ia tersaruk-saruk sendirian. Leo keliru. Di dalam kegelapan itu, ia bertemu Anasero. Gadis iu mengisi kekosongan yang selama ini menguasai Leo.
Bagi Anasera, hari esok adalah sebuah dinding tebal. Ia tidak bisa melihat apa pun di balik tembok itu. Namun, berkat Leo, Anasera mulai berani mengirimkan mimpi-mimpinya ke masa depan.
Sejak pertemuan mereka di rel kereta api saat itu, pelan-pelan cahaya mulai terkuak. Leo tersenyum dengan keyakinan bahwa hidup tidaklah sekosong itu dan bersama Leo, Anasera merasa hidupnya berharga. Namun, ketika mereka pikir semuanya akan baik-baik saja, sesuatu terjadi.