Taraka, anak laki-laki yang begitu Ayah sayangi. Nanti, ada kalanya duniamu begitu
gelap, Nak. Ada kalanya semua cahaya seolah dirampas habis dari hidup kamu sampai
kamu bingung harus berjalan ke arah mana. Ada kalanya jiwamu terasa kosong, bingung
akan banyak hal baru yang belum kamu akrabi. Ada kalanya sedih yang jadi penguasa,
membuatmu susah payah memburu senangnya ada di mana.
Ayah hanya ingin bilang kalau semua itu tidak apa-apa. Tidak apa sesekali hilang arah.
Tidak apa sesekali bingung mau membawa hidup kamu ke mana. Tidak apa sesekali
berduka. Kita memang manusia yang dianugerahi rasa, Nak. Maka menjadi perasa
bukan sebuah kesalahan.
Kalau masa itu datang, Ayah ingin Taka tahu kalau ini justru saatnya kamu benar-benar
belajar menjadi sebaik-baiknya manusia. Ayo kita semai lagi jiwamu, Nak. Ayo kita
tumbuhkan lagi harapannya. Ayo kita kecilkan khawatirnya. Tapi ingat, Nak. Bertumbuh
dan menyemai hati itu bukan sebuah perlombaan, melainkan sebuah perjalanan. Tidak
ada aturan siapa yang harus lebih cepat dan lebih lambat.
Lagi pula, ini kan kali pertama kita hidup di dunia, tak apa kalau tak selalu mulus
jalannya. Kita semai sama-sama ya hatimu? Kamu semai lewat langkah-langkah kecilmu,
Ayah semai lewat doa-doa Ayah yang iringi langkahmu.
Ditulis dengan penuh rasa sayang,
Raha Wajendrapurna.