7disabled
Stok Tidak Tersedia
Atau
Tambah ke Daftar Keinginan

Beritahukan jika produk ini tersedia kembali
100 Tahun Mohammad Natsir Berdamai dengan Sejarah (Soft Cover)

Ketersediaan : Stock tidak tersedia

Format : Soft Cover
ISBN13 : 9789791102315
Tanggal Terbit : 2008
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Republika



Deskripsi:
Prolog : Taufik Abdullah Epilog : Sri Sultan Hamengkubuwono X Pengarang : Bactiar Chamsyah, H.Rosihan Anwar, Jakob Oetama, Laode M, Kamaluddin, Chris Siner Key Timu, Hidayat Nur Wahid, Yusril Ihza Mahendra, A.M.Fatwa, Mahfud MD, Jimly Asshiddiqie, Muchtar Naim, Fachry Ali, Yudi Latif, Lukman Hakiem, Ahmad Fauzie Natsir, Bustanuddin Agus, Mestika Zeid, Joppie Lasut, H.Ami, Wan Abubakar, Agus Basri, jusuf Amir Feisal, Usman Pelly, Gusti Adnan, Herman Nicholas Ventje Sumual, Husnu Abadi Suwardi MS, Djoko Suryo, M.Habib Crirzin, Amrullah Ahmad . A.M.Luthfi Dadan Wildan Annas, Edy SUandi Hamid, M.Noer. 100 Tahun Muhammad Natsir berdamai dengan sejarah Muhammad Natsir (1908-1993), perdana Mntri 1950-1951, "Raksasa terakhir diantara tokoh nasionalis dan pemimpin politik Revolusioner Indonesia" tohok sentral dalam peralihan Republika Indonesia Serikat negara kesatuan, mengalahi nasip tragis. Setelah ditahan selama beberapa tahun oleh rezim Orde Lama sampai dibebaskan rezim Orde Baru, dihari meninggalnya bahkan sampai kini, ia tidak mendapatkan penghargaan apa-apa dari Negara yang pernah ia nakhodai. Negara kesatuan diingat dan dijaga, tetapi negarawan arsitek utama NKRI, dicampakkan dari sejarah. Taufik Abdullah : Kekalahan paling dramatis bukanlah yang terjadi pada diri natsir. "kekalahan " paling tragis terjadi ketika " Bapak bangsa dan pemimpin Besar Revolusi", yang sejak muda sedang berjuang bagi kemerdekaan bangsa, menemukan dirinya ditolak oleh bangsa yang dicintainya. "kekalahan"tidak kurang tragisnya ialah ketika " Bapak Pembangunan", yang telah "mengubah peta Indonesia" harus menerima kenyataan bahwa kehadirannya tidak diinginkan lagi dan perilakunya dijadikan sebagai contoh dari perbuatan yang tidak pantas. Jakob Oetama : Saya amat terkesan oleh hubungan baik bahkan persaudaraan akrab antara Pak Natsir dengan Pak Kasimo, pemimpin Partai Katolik. Persahabatan Pak Natsir dengan Pak Kasimo amat mengharukan. Padahal dimimbar politik antar mereka tak jarang terjadi perbedaan pandangan politik. Itu warisan politik berdemokrasi yang mulia dan berguna. Perbedaan pendapat bahkan konflik pendapat dalam memikir politik tidak menggangu persahabatan dan persaudaraan. Tidak mengurangi komitmen bersama untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat. BELUM TIBAKAH saatnya bangsa ini melupakan dendam masa lalu dan BERDAMAI DENGAN SEJARAH?

Kategori dan Rangking Bestseller:

Review Konsumen:
5 -
4 -
3 -
2 -
1 -
Jadilah yang Pertama untuk Review
Tulis Review Anda
Tulis Review Anda