Bayangan pahit masa lalu di kehidupan Wajja membuatnya selalu hidup dalam kemarahan. Ia marah kepada papanya, dirinya sendiri, dan orang-orang di sekitarnya. Kemarahan itulah yang membuatnya memilih untuk pergi dari rumah dan menjalani hidup sebagai preman di jalanan ibukota.
Ketika kemarahan itu belum sepenuhnya pudar, sosok dari masa lalunya tiba-tiba muncul kembali. Kani mengajaknya pulang dan memaksanya membongkar kenangan-kenangan pahit Wajja.
Beranikah Wajja menghadapinya? Pulang bukanlah pilihan yang menyenangkan, tetapi ia harus melakukannya. Akankah rumah yang sangat dibencinya itu bisa berubah sesejuk rumah-Nya?