Seorang putri rupawan. Menatap kerlip bintang tak berjumlah. Lalu berkata perlahan pada ayahandanya, "Seorang pangeran datang dalam mimpiku, Ayah... Dia membawa lima belas pendar bintang. Dipersembahkannya untukku. Tak terkata indahnya. Ditukarkannya dengan hatiku. Dan aku ditinggalkannya kini.""Ah... itu hanya mimpi, anakku...," hibur Baginda."Tapi hatiku telah raib. Bagaimana menemukannya, Ayah?" Mata sang putri berkaca-kaca. "Takkan pernah aku bisa tersenyum tanpa memiliki hati..."Baginda menghela napas berat. Tak tahu lagi apa yang dapat dikata. Aih, Pangeran negeri khayal. Teganya kau culik hati putri naifku... Ke mana harus kucari lima belas kerlip bintang untuknya?Waktu boleh terus berjalan. Tapi penggalan dongeng Lima Belas Pendar Bintang yang diciptakan Bunda tetap menjadi obsesi Selma. Tak pernah ia berhenti berharap, hidupnya yang biasa-biasa saja akan menjadi seindah dongeng. Lebih gilanya lagi, Selma benar-benar serius menunggu seorang pangeran muncul dalam hidupnya untuk mempersembahkan lima belas kerlip bintang untuknya.Harapan akhirnya menghampiri Selma melalui dua cowok. Lewi, cowok serius ketua OSIS, kakak kelas Selma yang sempurna. Dan Ruffian, cowok badung yang tergila-gila padanya namun dibenci setengah mati oleh Selma.Lalu, ketika lima belas pendar bintang menjadi syarat, siapakah yang mampu memetik dan mempersembahkannya untuk Selma? Atau... haruskah Selma belajar menerima kenyataan pahit bahwa hidup takkan pernah bisa seindah dongeng?
Kebiasaan mengarang Alexandra Leirissa Yunadi sudah dimulai sejak kecil, yaitu dengan memaksa gantian mendongengi Maminya sebelum tidur. Menulis novel dia lakukan pertama kali saat duduk di kelas 6 SD. Novel-novelnya itu beredar secara gratis di sekolahnya dan kadang-kadang sekolah lain. Berawal dari rasa kesalnya karena sebuah cerpen yang ditulisnya untuk majalah sekolah gagal dipublikasi lantaran majalah tersebut gagal terbit, karya Alexandra akhirnya dikirimkan dan dipublikasikan di sebuah majalah remaja pada saat dia duduk di kelas 1 SMU. Sejak saat itu dia sempat menjadi penulis cerpen yang cukup aktif di berbagai media, terutama remaja. Dia juga pernah meraih beberapa penghargaan dalam bidang menulis. Antara lain Juara I dan Harapan Lomba Cerpen Majalah Anita 1996, Juara Harapan Lomba Cerita Misteri Majalah Bobo 1997, Juara II Lomba Dongeng Majalah Bobo 1998 dan sebagainya.Setelah cuti menulis selama kurang lebih 2 tahun karena jengkel menulis laporan-laporan tugas penelitian Psikologi di di Indiana University of Pennsylvania, Alexandra sempat merambah dunia penulisan anak dan menjadi penulis tetap di Majalah Bobo selama hampir tiga tahun. Kini, karena tak tahan terjebak macet setiap hari, Alexandra memilih untuk menjadi penulis lepas yang tetap aktif menulis untuk anak, remaja, dan dewasa. Selain itu, dia juga sedang menggeluti bidang penulisan skenario. Dalam bidang ...