Buku ini menyajikan sebuah konteks bagaimana kolonial Belanda, refeodalisasi rezim Orde Baru, dan kapitalisme global menjadi sebuah sinergi dalam membentuk kesadaran tentang dan perilaku terhadap warna kulit di Indonesia kontemporer. Warna kulit tetap menjadi sarana vital untuk legitimasi atas banyak kepentingan. Globalisasi, kapitalisme, kelas, kekuasaan, dan superioritas kukuh berusaha menjaga dan membangun kembali hidupnya melalui sentimen warna kulit. "Buku ini bisa menjadi masukan bagi studi feminisme di Indonesia yang gayut dengan kesetaraan, untuk menghilangkan aneka macam bentuk diskriminasi yang hingga kini masih kita alami sebagai dampak dari globalisasi. Tujuan ideal yang tampaknya dikampanyekan Ita Yulianto adalah menggugah kesadaran masyarakat khususnya perempuan untuk melek media atau media literacy di satu sisi, dan di sisi lain menggugah kesadaran masyarakat umum tentang masih tumbuhnya mentalitas rendah diri bangsa 'Timur' atas bangsa 'Barat.'" - Dr. Tri Marhaeni Pudji Astuti, M.Hum, Ketua Kajian Perempuan, Universitas Negeri Semarang "Dalam studi yang penting tentang isu gender kontemporer di kontemporer di Indonesia, Ita Yulianto menunjukkan bahwa dampak globalisasi dan media kontemporer hanya bisa dimengerti melalui kontra kesadaran atas konstruksi historis yang lebih dalam di masyarakat lokal. Gagasannya atas keterhubungan antara sejarah, budaya, dan pemaksaan globalisasi di Indonesia dan dampaknya khususnya bagi kaum perempuan menyumbangkan sebuah model untuk penelitian teoretis dalam isu gender." - Dr. Joost J. Coté, Dosen Senior Sejarah, Fakultas Seni, Deakin University Australia.