Harga Resmi | : | Rp. 69.000 |
Harga | : | Rp. 55.200 (20% OFF) |
Ketersediaan | : | Stock di Gudang Supplier |
Format | : | Soft Cover |
ISBN | : | 9794338745 |
ISBN13 | : | 9789794338742 |
Tanggal Terbit | : | 10 April 2015 |
Bahasa | : | Indonesia |
Penerbit | : | Mizan |
Dimensi | : | 155 mm x 235 mm |
Islam lahir dan berkembang sepenuhnya dalam darah dan daging sejarah, tidak dalam kevakuman budaya. Sebagai agama-sejarah, Islam telah, sedang, dan akan terus bergumul dengan lingkungan yang senantiasa berubah. Tujuan Islam adalah mengarahkan perubahan itu agar tidak tergelincir dari jalan lurus kenabian, dari jalan keadilan. Namun, sering kali Islam diasingkan dari persentuhan dengan fakta budaya dan sosial. Akibatnya, Islam menjadi ahistoris dan gamang menghadapi perubahan dan gagal mengemban misinya menuntun peradaban.
Buku ini memuat gagasan reflektif dari seorang cendekiawan Muslim dan guru bangsa, Ahmad Syafii Maarif. Refleksi ini lahir dari keprihatinan bahwa umat Islam, sebagai penduduk mayoritas Nusantara, semestinya tidak lagi mempersoalkan hubungan Islam, keindonesiaan, dan kemanusiaan. Ketiga konsep itu haruslah senapas agar Islam yang berkembang di Indonesia adalah sebuah Islam yang ramah dan terbuka.
Inilah tantangan sekaligus peluang yang coba dijawab buku ini. Jika keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan telah senapas dalam jiwa, pikiran, dan tindakan umat Muslim Indonesia, Islam Indonesia akan mampu memberi solusi terhadap masalah-masalah besar bangsa. Sebuah Islam yang dinamis dan bersahabat, yang memberikan keadilan, keamanan, dan perlindungan kepada semua pendudu Nusantara. Sebuah Islam yang sepenuhnya berpihak kepada rakyat miskin dan menolak kemiskinan sehingga berhasil dihalau dari negeri ini.
“Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif sebagaimana yang saya kenal
adalah seorang yang menyejukkan dan mencerahkan sekaligus.
Dia adalah seorang Muslim yang saleh, dan didorong
oleh kesalehannya itulah dia selalu menyejukkan.”
—Pdt. Dr. Andreas A. Yewangoe,
Ketua Majelis Pertimbangan Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia
“Banyak pemikiran Buya yang saya timba, dan saya merasa
bahwa pikiran-pikiran beliau ini sangat brilian,
terutama untuk lebih memberikan pencerahan, tentunya buat saya sebagai pribadi
maupun juga sebagai salah seorang warga bangsa.”
—Megawati Soekarnoputri, Presiden RI ke-5
“Buku karya Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif ini
sungguh-sungguh amat memukau sekaligus menggairahkan.
Refleksi-refleksinya semakin meneguhkan beliau
sebagai intelektual Muslim garda paling depan.”
—K.H. Husein Muhammad, Dewan Pembina Yayasan Fahmina Institute
Islam lahir dan berkembang sepenuhnya dalam darah dan daging sejarah, tidak dalam kevakuman budaya. Sebagai agama-sejarah, Islam telah, sedang, dan akan terus bergumul dengan lingkungan yang senantiasa berubah. Tujuan Islam adalah mengarahkan perubahan itu agar tidak tergelincir dari jalan lurus kenabian, dari jalan keadilan. Namun, sering kali Islam diasingkan dari persentuhan dengan fakta budaya dan sosial. Akibatnya, Islam menjadi ahistoris dan gamang menghadapi perubahan dan gagal mengemban misinya menuntun peradaban.
Buku ini memuat gagasan reflektif dari seorang cendekiawan Muslim dan guru bangsa, Ahmad Syafii Maarif. Refleksi ini lahir dari keprihatinan bahwa umat Islam, sebagai penduduk mayoritas Nusantara, semestinya tidak lagi mempersoalkan hubungan Islam, keindonesiaan, dan kemanusiaan. Ketiga konsep itu haruslah senapas agar Islam yang berkembang di Indonesia adalah sebuah Islam yang ramah dan terbuka.
Inilah tantangan sekaligus peluang yang coba dijawab buku ini. Jika keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan telah senapas dalam jiwa, pikiran, dan tindakan umat Muslim Indonesia, Islam Indonesia akan mampu memberi solusi terhadap masalah-masalah besar bangsa. Sebuah Islam yang dinamis dan bersahabat, yang memberikan keadilan, keamanan, dan perlindungan kepada semua pendudu Nusantara. Sebuah Islam yang sepenuhnya berpihak kepada rakyat miskin dan menolak kemiskinan sehingga berhasil dihalau dari negeri ini.
“Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif sebagaimana yang saya kenal
adalah seorang yang menyejukkan dan mencerahkan sekaligus.
Dia adalah seorang Muslim yang saleh, dan didorong
oleh kesalehannya itulah dia selalu menyejukkan.”
—Pdt. Dr. Andreas A. Yewangoe,
Ketua Majelis Pertimbangan Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia
“Banyak pemikiran Buya yang saya timba, dan saya merasa
bahwa pikiran-pikiran beliau ini sangat brilian,
terutama untuk lebih memberikan pencerahan, tentunya buat saya sebagai pribadi
maupun juga sebagai salah seorang warga bangsa.”
—Megawati Soekarnoputri, Presiden RI ke-5
“Buku karya Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif ini
sungguh-sungguh amat memukau sekaligus menggairahkan.
Refleksi-refleksinya semakin meneguhkan beliau
sebagai intelektual Muslim garda paling depan.”
—K.H. Husein Muhammad, Dewan Pembina Yayasan Fahmina Institute