Jauh di belahan Indonesia bagian timur Mentari merasakan keutuhan sebagai manusia. Sebagai guru di Wamena, dia membaktikan diri sepenuhnya. Sebagai manusia, dia memperkaya batinnya dengan mempelajari berbagai aspek kehidupan masyarakat yang sederhana itu.Dan semua itu dijalaninya bukan tanpa duri. Keluarganya yang kaya raya di Jakarta sangat menentang kepergiannya ke Irian. Mereka tak bisa menerima bila Mentari harus hidup susah di sana, sementara di Jakarta dia bisa menjadi direktur sebuah perusahaan. Di Anaipu pun begitu. Ketika salah seorang muridnya meninggal bunuh diri, Mentari dituding sebagai biang keladinya. Dia dianggap meracuni budaya setempat karena beberapa orang muda di sana tak lagi peduli pada ketentuan adat istiadat yang berlaku.Tapi Mentari tetap segar. Dia telanjur mencintai Anaipun dan desa-desa lain di Lembah Baliem. Dia mencintai dan dicintai murid-muridnya. Dan, dia terlanjur mencintai Johannes, putra kepala suku di desa itu...
Dyah Kalsitorini lahir di Yogyakarta tanggal 23 Mei 1971 dan sudah gemar menulis sejak remaja. Sarjana Arkeologi Universitas Gadjah Mada ini pernah menjadi reporter di beberapa majalah remaja antara lain di majalah Mode dan Aneka Yess!. Pada tahun 1996, Dyah memperoleh penghargaan dalam Sayembara Mengarang Cerber di Majalah Femina, dengan cerber berjudul Seribu Langit di Waingapu. Selain menjadi reporter, ia juga menjadi script writer lepas di beberapa production house sejak tahun 1996. Saat ini Dyah menjabat sebagai Chief Editor di majalah Star Mania.