Kisah Rama dan Sinta memiliki tempat khusus dalam sejarah sastra India, negeri asalnya, maupun di tempat-tempat lain yang pernah mendapat
pe ngaruh kebudayaan India, termasuk Birma (Myanmar), Siam (Thailand), Kamboja,
dan Indonesia. Di berbagai negeri, cerita Rama-Sinta atau Ramayana telah menjadi sebuah tema besar yang mendapat berbagai bentuk penafsiran. Ini adalah kisah Ramayana versi Indonesia.
Menurut Goenawan Mohamad, Hamba Sebut Paduka Ramadewa memberi kita pengetahuan lebih banyak tentang Ramayana dari apa yang telah lazim kita dengar. Dimulai dengan lahirnya
Ramaparasu sampai dengan pembakaran Sinta. Kita diperkenalkan dengan tokoh-tokoh yang selama ini tenggelam dalam garis besar perang Rama lawan Rahwana.
Herman Pratikto (1929-1987) tak memilih versi yang ditemukan di India: Sinta tak kembali ke samping Rama, begitu ia dibakar untuk membuktikan kesuciannya. Secara tak langsung penulis mengupas pula berbagai makna simbolis yang terkandung dalam Ramayana, hal yang nyaris tak pernah disinggung para pencerita lain dari karya klasik ini, yang aslinya merupakan buah karya pujangga India, Walmiki, yang masyhur itu.