Setiap manusia, siapa pun dan apa pun kondisinya, adalah hamba Allah juga. Posisi mereka sama di hadapan Tuhan Semesta. Tiada penilaian lain kecuali amal saleh dan kadar ketakwaan yang ada di relung jiwa.

Oleh karena itu, seorang muslim tidak berhak memandang rendah sesamanya yang kebetulan menyandang cacat di badannya. Bahkan, seorang  manusia sekaliber Nabi Muhammad Saw. pun pernah mendapat teguran keras dari Allah, ‘hanya’ gara-gara bermuka masam terhadap seorang tuna netra, sebagaimana diabadikan dalam Surat ‘Abasa.

Dengan melakukan pembacaan terhadap sabda-sabda Rasulullah Saw., buku ini berusaha mengeksplorasi sepak terjang para penyandang cacat (kaum difabel) pada masa kenabian. Tak pelak, hadits-hadits dalam buku ini menjadi saksi betapa besarnya ketabahan, kegigihan, serta peran aktif para penyandang cacat dalam menjaga panji-panji risalah Islam tetap berkibar tinggi di cakrawala. Sebuah kenyataan sejarah yang memantik inspirasi setiap muslim untuk berlomba-lomba dalam menghayati Islam secara kâffah.