Perjalanan ke tempat-tempat sederhana, meski berbiaya murah meriah, tapi secara sense tidaklah sederhana. Salah satu perjalanan tersebut adalah ke kampung Baduy, Banten. Salah satu alasannya, perjalanan ke kampung Baduy seperti wisata jiwa. Tidak sekadar wisata untuk mengisi liburan atau weekend, di sana ada sesuatu yang banyak kita dapatkan. Di kampung-kampung di Baduy, kita bisa duduk-duduk di beranda rumah bambu menghadap bukit dengan suara-suara pekikan anak-anak kampung Baduy. Di depan tersaji kopi hitam dalam mangkok batok kelapa yang dinikmati bersama segigit demi segigit gula kawung atau aren khas Baduy nan legit dan murni. Jika kita suka dan tidak keberatan untuk sekadar menghangatkan badan atau sebagai obat letih, mereka dengan suka rela berbagi tuak aren yang konon mujarab. Cita rasanya asam manis dan hangat di tubuh. Tuak aren itu dituangkan dari bumbung bambu dengan senyum polos yang menampakkan sederet gigi kemerahan oleh sirih. Amazing! Dan, sejuta kisah tentang perjalanan ke Baduy hingga sekelumit kisah mistis pun bisa dibaca di buku ini. Bahkan, buku ini pun dilengkapi waktu-waktu yang pas untuk berkunjung, tip-tip berpetualang ke Baduy, rute dengan kendaraan pribadi dan ala backpaker, hingga beberapa bahasa Sunda sebagai bekal ngobrol dengan mereka.