7disabled
No Image Available
Stok Tidak Tersedia
Atau
Tambah ke Daftar Keinginan
Menggereja Secara Baru (Soft Cover)
oleh Cornelis Wairata. Pdt

Ketersediaan : Stock tidak tersedia

Format : Soft Cover
Tanggal Terbit : 2015
Bahasa : Indonesia
Penerbit : BPK. GUNUNG MULIA



Deskripsi:

Pada bagian awal, buku dibuka oleh berbagai kata pengantar dan sambutan (Kata Sambutan Ketua Majelis Jemaat GPIB Jemaat IMMANUEL Depok, Kata Sambutan Ketua Umum Majelis Sinode GPIB, Kata Pengantar dari penyunting, dan Sinopsis Buku). Pada bagian akhir, tercantum uraian riwayat singkat atau latar belakang penulis dan tim kerja penyusunan buku ini.

Isi pokok buku ini terdiri dari 8 tema/bidang (yang dipecah menjadi 8 Bab), yaitu bidang Pembangunan masyarakat, Ekonomi, Pendidikan, Sosial-Budaya, Agama dan Masyarakat, Gereja dan Misi, Ekumene, dan Refleksi
Pelayanan. Semuanya terbagi ke dalam 33 Pasal (di dalam 8 Bab tersebut).

Dalam Bab I, Bidang Pembangunan Masyarakat, Pendeta Cornelis Wairata, M.Th. menggarisbawahi perlunya gereja merumuskan nilai-nilai dasar strategis yang ikut memengaruhi Program Jangka Panjang Negara.

Pendeta P.H. Sitorus, M.Th. merujuk masyarakat majemuk Indonesia, beragam suku, agama, ras dan golongan di ribuan pulau di antara dua samudra, diramu ke dalam NKRI yang Bhinneka Tunggal Ika, kebebasan, persamaan, keadilan dalam persaudaraan masyarakat demokratis. Penatua Richard Haullussy, S.H., M.H. menganalisis konflik sekitar pembangunan rumah ibadah yang berawal dari SKB Menteri Agama dan Mendagri No. 9/8 tahun 2006. Penatua Valentino Jonathans, S.E. menegaskan perlunya masyarakat dan gereja di Depok mengemas kembali semangat awal Jemaat Masehi Depok yang mengelola pertanian produktif, peduli budaya, wisata dan lingkungan hidup demi tercipta kesejahteraan bersama. Sementara itu, Penatua Ivan Gelium Lantu, S.H., M.Kn. memperkenalkan salah satu tugas penting notaris, yaitu mengawal hak ingkar. Notaris wajib melindungi kliennya.

Ia hanya dapat membuka rahasia di pengadilan jika undang-undang mengizinkan dengan persetujuan Majelis Kehormatan Notaris. Penatua Dr. Ir. Lenny Syafei mengapresiasi Cornelis Chastelein yang bukan saja mewarisi
jiwa entrepreneuer dan bersemangat wiraswasta melainkan juga terstruktur dan masif.

Dalam Bab II, Bidang Ekonomi, Prof. Dr. G.A. Wattimena, M.Sc. mengulas ketergantungan makhluk hidup pada tumbuh-tumbuhan berbiji dan tidak berbiji sejak awal penciptaan oleh Allah. Menghadapi ancaman krisis ekonomi, berdasarkan pengalaman nasional dan internasional di bidang pertanian, beliau memberikan saran solusi bagi Gereja (GPIB) dan pemerintah Indonesia. Penatua Drs. L.G. Rompas menjelaskan pentingnya good governance dalam perspektif pembangunan ekonomi gereja guna mendukung core business unit-unit misioner.

Dalam Bab III, Bidang Pendidikan, Penatua Prof. Dr. Ir. John E.H.J. FoEh, M.Sc. mengajak Gereja mengedepankan pembinaan warga gereja dalam kerangka visi dan misi secara spesifik serta terukur dalam menjawab kebutuhan warga gereja pada aras global, sinodal, regional, lokal untuk mengatasi soal kemiskinan, HIV-AIDS dan lingkungan hidup. Penatua Johan Tumanduk, S.H., M.M., M.Min. menekankan peranan keluarga sebagai sebuah sekolah karakter di tengah ancaman abad ke-21 dari sisi sistem pemerintahan, sosio kultur, politik, ekonomi,  pendidikan, keamanan, hubungan antarumat beragama serta bergairah dalam kegiatan ritual dan transaksional.

Bapak Juwilzon F. Pattinasarany, S.Kom. memandu kita menyoroti keenam pelayanan kategorial sebagai wadah pembinaan dan pemberdayaan warga gereja demi pencapaian tingkat spiritual, peran keluarga, kaderisasi sumber daya gereja dan masyarakat, runtut dan berkesinambungan. Pendeta Alexius Letlora, M.Min. menekankan bagaimana hidup suami-istri yang senantiasa dibaharui dalam cinta kasih dan kekudusan Allah akan menjadi teladan yang dikagumi dan dicintai (admiranda et amanda) dalam mengenyam Firman Allah.

Dalam Bab IV, Bidang Sosial Budaya, Penatua Dr. Maria Josephine Kumaat Mantik, S.S., M.Hum. mengimbau kita menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar sebagai cerminan diri kita. Ironisnya, para pelayan gereja sering kali mengabaikannya. Bapak Dr. Lilie Suratminto, S.S., M.A. menyimak status kuburan komunitas Depok (YLCC) yang tidak berada di dalam gedung gereja seperti tradisi permakaman pimpinan dan warga dalam gedung gereja abad ke-17–18. Diaken Fauzan Raymond Soedira menggagas generasi baru Depok untuk senantiasa memberikan sentuhan seni yang menyegarkan bagi proses sejarah masa depan Jemaat Masehi Depok pada bidang budaya dengan cara menulis fiksi sejarah (primer) dan fiksi sastra (sekunder).

Bab V, Bidang Agama Dan Masyarakat, Pendeta Prof. John A. Titaley, Th.D. mensinyalir gereja-gereja di Indonesia menganggap politik kotor, padahal Kristus memberikan teladanan-Nya dalam politik seperti di lingkungan Romawi. Pendeta Domidoyo M. Ratupenu, S.Si. menafsirkan pengalaman bangsa Indonesia menemukan Firman Allah bertolak dari pemahaman teks dan konteks. Ia menyimpulkan bahwa Allah yang hadir di masa silam seperti dikisahkan Alkitab, juga hadir menjumpai bangsa Indonesia melalui pengalaman, ketokohan, keagamaan, kebangsaan dan kenegaraan. Bapak Abraham Silo Wilar, M.Th., M.A. merujuk perbedaan teologi tanah sebagai milik Tuhan yang patut dipelihara kekudusannya terhadap sikap ambigu gereja atas pembunuhan brutal yang dianggap sebagai keberpihakan terhadap rezim Zionis Israel. Sudah saatnya gereja membaharui paham dan sikapnya membela mereka yang menderita karena penindasan dan usaha pembersihan dari pihak rezim Zionis. Ibu Fanny Jonathans-Poyk,.Sos. mensinyalir peralihan ke zaman modern telah mengubah gaya hidup konsemerisme dan hedonisme yang mengantar generasi muda berpesta miras dan berbagai jenis narkoba lalu mengidap HIV-AIDS, sifilis dan hepatitis yang melumpuhkan. Hal ini hendaknya disikapi gereja dengan meningkatkan pelayanan komprehensif di semua lini.

Dalam Bab VI, Bidang Gereja Dan Misi, Pendeta Hendrik Ongirwalu,M.Th. mengajak kita memahami eklesiologi Tata Gereja (GPIB) melalui pendapat Calvin (Institutio) dengan tekanan pada manusia (hubungan vertikal dan horizontal), kebebasan hati nurani yang dibenarkan Allah, yang integral dalam gereja yang dituntun Firman, Sakramen dan Disiplin, Pendeta Samuel Th. Kaihatu, M.Th. membicarakan kehadiran GPIB sebagai gereja nasional,
sekaligus menegaskan gereja misioner pada tahun 1960 di Gadog. Pendeta Dr. Samuel B. Hakh mengajar kita tentang gereja menurut Perjanjian Baru yang meramahtamahi persaudaraan, hadir di berbagai tempat dan suasana, mewujudkan suruhan Tuhan yang tergambar dalam metafor eklesia, Tubuh Kristus, manisnya kekeluargaan, pertemanan yang berpengharapan, juga dalam penderitaan karena keterikatannya dengan Allah sejahtera.

Dalam Bab VII, Ekumene, Pendeta Dr. Andreas A. Yewangoe mengatakan bahwa ada 88 gereja anggota PGI berlatar belakang tradisi teologi berbeda yang perlu saling memahami tanpa konflik. Menjelang tahun emas bangsa Indonesia, 2045, gereja-gereja diimbau memantapkan dasar negara: Pancasila. Di usia 300 tahun ini, marilah kita ikut maju dalam arak-arakan kebersamaan. Pendeta Hallie Jonathans, S.Th. menggarisbawahi tekad gereja-gereja di Indonesia dalam kepelbagaiannya untuk menghadirkan diri dan berekumene secara utuh agar, bersama dengan semua komponen bangsa, mampu mewujudkan masyarakat damai sejahera. Pendeta J.D. Tuasuun, S.Th. memotret wajah Jemaat Masehi Depok berdampingan dengan gerejagereja tetangga dan birokrasi pimpinan GPIB. Hal ini menjadi pembelajaran, jika dikemas dengan bijaksana, sementara pertumbuhannya akan diberkati Tuhan, termasuk juga sarana-sarana kelengkapannya.

Dalam Bab VIII, Refleksi Pelayanan, Diaken Adolf Posumah, S.E. memberikan wawasan banding dengan Yoido Full Gospel Church dan Gereja Bethel Indonesia, serta mengusulkan agar GPIB membuka diri, meminimalisasi sekat-sekat organisasi, dan mengecap pelayanan yang luwes dan memberdayakan profesional. Pendeta G.J. Hubert Lantu, M.Th. merujuk pada nilai-nilai positif, kepedulian dan cinta kasih dari Cornelis Chastelein sebagai perintis yang menjiwai dan memotivasi komunitas Depok Asli, khususnya Jemaat Masehi Depok ke masa depan. Bapak Ir. Gilbert Nisahpih, M.M. mensinyalir keterpinggiran warga gereja secara ekonomi dan pendidikan serta mengimbau agar GPIB dan YLCC membenahi fungsi dan kelembagaan dengan manajemen modern, membina SDI warga, terutama pemuda, agar berkontribusi pada kancah nasional. Pendeta Ny. Yessi Anggraini Hutapea, M.Th. sangat menghargai peranan Cornelis Chastelein yang mewariskan wasiatnya yang bersifat pedagogis bagi masyarakat asli Depok dan keturunannya. Diaken Gerald Samuel, S.T. menyoroti YLCC agar berperan serta mempertahankan dan membangun keberadaan masyarakat asli Depok terutama generasi mudanya agar tidak tersisih. Bapak Dr. Izaac Tonny Matitaputty, S.E., M.Si. mengajak kita membandingkan Jemaat Masehi Depok dengan umat Israel (PL) yang Allah karuniakan tanah kediaman bukan untuk diperjualbelikan melainkan dipelihara dengan baik. Pendeta Hallie
Jonathans, S.Th., melalui pengalaman pribadi dan keluarga sebagai bagian tak terpisahkan dari komunitas Jemaat Depok, membuat klarifikasi bahwa sebutan ”Belanda Depok” yang dikaitkan dengan anggapan bahwa orang Depok asing dan tidak nasionalis, tidak benar.


Kategori dan Rangking Bestseller:

Pelanggan yang membeli buku ini juga membeli:
Halaman 1 dari 1
No Image Available
(Soft Cover)
oleh Christina Brudereck, Kisuba Kateghe
Stock tidak tersedia
No Image Available
(Soft Cover)
oleh Leeuwen, Arend Van, Prof. Dr.
Stock tidak tersedia

Review Konsumen:
5 -
4 -
3 -
2 -
1 -
Jadilah yang Pertama untuk Review
Tulis Review Anda
Tulis Review Anda