Ketersediaan | : | Stock tidak tersedia |
Format | : | Soft Cover |
ISBN | : | 6022312280 |
ISBN13 | : | 9786022312284 |
Tanggal Terbit | : | Januari 2015 |
Bahasa | : | Indonesia |
Penerbit | : | BPK. GUNUNG MULIA |
Buku ini merupakan hasil dari tim kerja di bawah lembaga misi UEM (United Evangelical Mission) yang mencoba mencermati, mengkaji, memberi pertimbangan, dan mengajukan sejumlah pertanyaan reflektif seputar Injil dan budaya populer.
Tim kerja ini melihat bahwa masalah-masalah dan tantangan yang dihadapi gereja-gereja dewasa ini lama-kelamaan menjadi semakin serupa: struktur organisasi jemaat tradisional tidak lagi relevan dengan perubahan budaya, mobilitas, dan jejaring sosial yang baru. Mereka melihat bahwa di Afrika dan kebanyakan Asia, gereja seringkali terpisah-pisah berdasarkan suku. Sementara sepakbola, musik atau film mampu mempersatukan manusia dari berbagai latar belakang. Kenyataan ini sangat mengherankan bagi para insan gereja. “Budaya†gereja menyempit menjadi budaya kaum lansia, kaum kelas menengah tradisional, dan mereka yang berada di desa-desa tertinggal. Para pemuda berpaling dari gereja, menjadi sangat sekuler, atau beralih ke persekutuan-persekutuan karismatik. Para pendeta dibebankan berbagai tugas kepemimpinan dan administrasi sehingga mereka tidak punya waktu yang cukup untuk mempersiapkan khotbah dengan matang. Semakin jelas bahwa gereja perlu berubah – tetapi bagaimana dan ke arah mana perubahan tersebut menjadi sebuah perdebatan yang hangat.
Seluruh tulisan dalam buku ini mencoba memperlihatkan bahwa budaya masyarakat pada masa kini bergerak dengan cepat dan menawarkan gaya hidup dan cara pandang yang berbeda daripada yang secara tradisional dipahami dan dilakukan gereja-gereja, khususnya dari kelompok arus utama. Gaya hidup dan cara pandang itu dapat “mematikan†keberadaan gereja-gereja, dalam arti bahwa gereja tidak dianggap relevan untuk merespons kebutuhan umatnya yang hidup dalam budaya modern. Apa yang harus dilakukan gereja? Apakah menyatu atau menunggangi arus budaya populer tersebut, ke mana pun ia bergerak? Ataukah gereja bertahan dengan pola tradisionalnya dan mati-matian “memaksa†umatnya untuk mengikuti pola gereja tersebut? Atau ada alternatif lain?
Buku ini hadir untuk membantu gereja-gereja dan para pengerja gereja untuk mewartakan Injil Kristus di tengah budaya global dan populer yang bergerak sangat cepat. Tulisan yang membahas hal tersebut terbagi dalam tiga kelompok besar: Kisah, Refleksi Teologis Dasar, Telaah Alkitab, lalu ditambah dengan Kuesioner untuk mengevalusi diri dalam kaitannya dengan pelayanan penginjilan.
Berbagai Kisah yang diangkat dalam buku ini memaparkan kepada kita bagaimana orang-orang atau gereja sebagai lembaga menggunakan media-media modern untuk mengungkapkan iman Kristen. Mereka menggumuli bagaimana berita yang mereka mau sampaikan itu relevan dengan konteks di mana mereka berada.
Melalui Refleksi Teologis, para penulis mencoba mengangkat pemikiran-pemikiran teologis untuk menjawab (atau justru mempertanyakan) apa yang menjadi landasan pemahaman gereja masa kini. Refleksi teologis ini juga berupaya mengajak pembaca memikirkan lebih lanjut bagaimana gereja menghadapi perputaran budaya populer yang sangat cepat.
Telaah Alkitab mengajak pembaca untuk bersama-sama merenungkan apa yang Allah hendak sampaikan. Melalui berbagai telaah Alkitab tersebut, kita ditantang untuk melakukan tindakan iman untuk merespons kondisi masyarakat di mana gereja hidup.
Tentu saja, buku ini bukan resep manjur bagi gereja-gereja untuk dapat bertahan bahkan selamat melintasi arus zaman dengan segala macam perubahannya. Buku ini, setidak-tidaknya, membuka jalan bagi gereja untuk menetapkan langkah, merancang strategi, bahkan mengambil pilihan radikal. Muaranya adalah agar iman Kristen dapat didengar dan dipahami oleh generasi yang hidup di tengah budaya dan dunianya sendiri.