normal
35%
OFF
Tambah ke Keranjang Belanja
Atau
Tambah ke Daftar Keinginan

MUSLIMAH BUKAN AGEN MORAL
oleh Maria Fauzi

Harga Resmi : Rp. 69.000
Harga : Rp. 44.850 (35% OFF)

Ketersediaan : Stock di Gudang Supplier

Format : Soft Cover
ISBN13 : 9786231861887
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Bentang Pustaka
Dimensi : 140 mm x 210 mm



Deskripsi:

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

 

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

 

 

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

 

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

 

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

 

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

 

 

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

 

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

 

 

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

 

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

 

 

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

 

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

 

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

 

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

 

 

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol keagamaan, kapitalisasi agama, hingga reduksi peran perempuan hingga ia hanya bergerak di ranah domestik, ekspresi keagamaan yang dijunjung saat ini diwarnai oleh pemahaman keagamaan yang konservatif dan penuh kepentingan. Apakah mungkin bagi kita untuk menjadi perempuan saleh yang bebas dan kritis?

 

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

">

Perempuan, baik ia seorang ibu, istri, atau saudara, dianggap memiliki kekuatan tersendiri sebagai agen moral dan kesalehan dalam keluarga. Namun, menjadi seorang perempuan beragama di masa modern hadir dengan berbagai tantangan. Mulai dari maraknya hoax, misinformasi, dan polarisasi di ruang dakwah digital, narasi berbahaya mengenai simbol ">

Dalam buku ini, Maria Fauzi menyentuh berbagai aspek problematika kesalehan perempuan masa kini, sesekali meneropong kisah hidup perempuan-perempuan saleh di masa lalu sebagai panduan—mengingatkan bahwa baik dulu maupun sekarang, perempuan berhak untuk beragama dengan bahagia.

 

<

Kategori dan Rangking Bestseller:

Review Konsumen:
5 -
4 -
3 -
2 -
1 -
Jadilah yang Pertama untuk Review
Tulis Review Anda
Tulis Review Anda