"Melalui figur Salman al-Farisi, novel ini menghadirkan optimisme dalam memandang, menjalani, dan memaknai hidup ini, dalam ragam persoalannya, dengan istiqamah, iman, dan bijak bestari. Alhamdulillah, Samarinda telah melahirkan pengarang muda, bahkan sangat muda, berbakat, bertalenta kuat, dan (yang utama) berjiwa kuat dan bercahaya! Anda harus membaca novel yang sangat meneguhkan iman ini. Muhammad Masykur A.R. Said, da'i, pengarang novel religius best-seller Mukjizat Cinta dan Titian Nabi, alumnus al-Azhar University, Kairo. "Novel religius ini adalah rahmatan lil 'aalamiin, rahmat bagi orang kaya dan miskin, rahmat bagi mereka yang bertaubat maupun yang belum bertaubat, rahmat bagi mereka yang seiman maupun yang tidak seiman. Sudah saatnya kita menguburkan sikap buruk yang mengumbar cinta nafsu berahi, cinta-cinta setengah hati, peradaban hitam, kriminal yang berkepanjangan. Saatnya kita bumikan cerita dan kisah-kisah sejati, yang kita dengar dari sahabat Nabi, salafunas shaalih atau dari perjalanan hidup yang kita praktikkan." H. Ishak Ibrahim Lc.MH., Mantan Ketua Forum Seniman Muslim Wilayah Orsat, Kairo, 1999. "Novel religius ini sangat menyentuh hati. Novel ini patut dibaca karena setiap bagian ceritanya memiliki hikmah bermanfaat yang bisa dijadikan acuan hidup. Seorang Salman al-Farisi yang memiliki semangat luar biasa dan sikap yang bijaksana dalam memecahkan persoalan hidup serta berjuang demi menegakkan syariat Islam sampai rela mengorbankan nyawanya sendiri." Drs. Awang Edy SD., Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Rahmatullah, Samarinda. "Isi novel ini sangat bagus dan banyak hikmah yang dapat kita peroleh. Saya salut sekali kepada penulis muda yang berbakat ini. Maju dan teruslah berkarya...." Drs. H. Elbadiansyah, M.Pd., Kepala DEPAG Kota Samarinda. "Novel yang menggugah jiwa ini membingkai setiap kata dan cerita seakan realitas nyata di tengah-tengah kehidupan kita. Novel ini sangat tepat untuk dibaca bagi yang mendambakan karya-karya islami yang sarat ilmu dan hikmah." Eko Jeffry, S.E., Ketua Pusat Studi Islam Mahasiswa UNMUL. "Mengapa Islam identik dengan teroris, jihad, dan terbagi dalam beberapa golongan?" tanya Jess, sahabat dekat Salman al-Farisi yang berbeda keyakinan. Penggalan kecil dari narasi-narasi besar dalam novel religius ini menghadirkan pemaknaan yang sangat dalam, tapi sejuk dalam berdakwah dan berislam. Melalui figur Salman al-Farisi yang penuh semangat, hidup bersahaja, patuh dan taat kepada orang tua serta berjuang gigih demi tegaknya syariat Islam, didukung sentuhan-sentuhan cinta suci sang pendamping hidup yang setia menemani dakwahnya, novel ini memancarkan mata air inspirasi dan semangat juang penuh teladan bagi muslim/muslimah guna mencapai Cinta Ilahi.