Pencarian

Brand
Gagas Media
Penulis
Robin Wijaya
Bahasa
Indonesia
Kategori
Buku

Format
Soft Cover (4)

Hasil: 1 - 4 dari 4
GRIDLIST
1.
No Image Available
Soft Cover, November 2013
Stock tidak tersedia
AMRI "Perselisihan ini tidak akan pernah selesai. Dan aku tahu, kami akan selalu hidup dalam bayang-bayang pertikaian. Lalu, ini adalah cerita turun-temurun yang diwariskan dari generasi-generasi sebelum kami." CHANDRA "Menjadi dewasa itu mengajarkan gue kalau hidup itu nggak pernah jadi lebih mudah. Lo harus siap menghadapi segala hal yang sama sekali nggak menyenangkan. BIMA "Saya berkutat dalam masalah mereka yang membenci perbedaan. Saya tidak sedang ...
2.
No Image Available
Roma oleh Robin Wijaya
Soft Cover, April 2013
Stock tidak tersedia
Pembaca tersayang, Banyak jalan menuju Roma. Banyak cerita berujung cinta. Robin Wijaya, penulis novel Before Us dan Menunggu mempersembahkan cerita cinta dari Kota Tujuh Bukit. Leonardo Halim, pelukis muda berbakat Indonesia, menyaksikan perempuan itu hadir. Sosok yang datang bersama cahaya dari balik sela-sela kaca gereja Saint Agnes. Hangatnya menorehkan warna, seperti senja yang merekah merah di langit Kota Roma. Namun, bagaimana jika ia juga membawa luka? Leo hanya ingin ...
3.
No Image Available
Menunggu
Menantimu di Hatiku
oleh Dahlian, Robin Wijaya
Soft Cover, September 2012
Stock tidak tersedia
Aku sedang merindukanmu, apakah kau tahu itu? Saat bulan penuh di atas kepala, aku menggantungkan doa untukmu di antara bintang-bintang. Semoga suatu saat hatimu akan menoleh kepadaku, menyadari bahwa akulah akhir dari penantianmu.   Aku ingin memelukmu, meraihmu, dan menyembunyikanmu dalam dekapanku. Aku tak akan melepasmu pergi, aku janjikan itu padamu. Dan kesabaranku kian menipis seperti batu yang terus-terusan digerus air. Aku sudah menunggu terlalu lama, nyerinya semakin lama ...
4.
No Image Available
Before Us oleh Robin Wijaya
Soft Cover, Januari 2012
Stock tidak tersedia
Kau adalah tamu tak diundang. Datang tanpa pemberitahuan, memaksa masuk ke ruang hati setelah bertahun-tahun tanpa kabar. Aku merindukanmu, tulismu di e-mail terakhir. Bahkan setelah tahu aku bersamanya pun, masih saja kau lancang mengulangi hal yang sama. Kau tahu, aku tak bisa lolos dengan mudah dari jerat-jerat cerita kita yang tak pernah benar-benar selesai. Kau bilang tak perlu ada yang berubah—tapi kenapa aku merasa semakin jauh dengan dirinya, terseret arus yang membawaku ...