Novel yang bertutur dengan gaya tak biasa ini layak disimak para pembaca sastra di tanah air.
Selain sebagai sebuah cermin kontemplatif atas tragedi kekerasan yang terus berulang di negeri ini sejak pembunuhan ratusan ribu orang yang dituduh sebagai simpatisan komunis pada 1965-1966, pembantaian kaum muslim oleh tentara di Tanjungpriok dan Lampung pada 1980-an, hingga pembunuhan dan perkosaan massal terhadap etnis Tionghoa pada Mei 1998.
Novel ini merupakan sebuah bacaan menarik yang memberi perspektif lain bagi khazanah sastra kita di tengah terbatasnya karya sastra terjemahan mutakhir yang berasal dari kawasan Eropa Timur.