Yogyakarta tempo doeloe menyimpan banyak kenangan. Sampai kini kenangan itu masih terus hidup. Buku ini memamparkan akar-akar pembentukannya, kehidupan serta proses penyesuaian kelompok penduduk
kota kerajaan dengan kolonialisme Belanda yang mulai mencengkram kota itu sejak abad ke-19.
Diulas kontak bahkan perbenturan budaya antara kekuatan tradisional dengan kekuatan kolonial yang membawa modernisasi. Saat itu muncul perusahaan kereta api, gas, listrik dan air minum yang mengubah segi fisik kota dengan jalan-jalan, gedung-gedung dan pemukiman baru. Semua mempengaruhi cara berpikir penduduknya. Kota kerajaan tumbuh menjadi kota dengan kemudahan-kemudahan baru yang tidak terdapat dalam kota tradisional.
Tumbuh juga lembaga pendidikan, organisasi pergerakan nasional, pers serta melahirkan elite-elite modern yang akhirnya membawa perubahan dan pembaruan dalam pelbagai bidang kehidupan kota Yogyakarta. Tetapi yang menarik adalah bagaimana kota itu terus maju dan menjadi modern dengan tetap mempertahankan tradisi.